Mediakita.co –Nilai tukar rupiah masih melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Sudah hampir dua bulan ini posisi dolar AS setara dengan masa krisis moneter 1998. Dolar AS di kisaran Rp 13.466 pada pembukaan pasar kemarin.
Seperti dilansir dari detik.com, Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D Hadad mengungkapkan, pihaknya selaku otoritas di industri keuangan terus memantau perkembangan gerak rupiah.
OJK melakukan stress test terkait nilai tukar rupiah di level tertentu, membuat skenario terbaik dan terburuk.
“Kita selalu antisipasi. Skenario optimis, skenario pesimis. Bisa macam-macam, namanya juga skenario. Kita terus pantau,” ujarnya saat ditemui di sela-sela acara Halal bi Halal di Gedung OJK, Jl Wahidin Raya, Jakarta, Senin (27/7).
Muliaman menjelaskan, stress test dilakukan di level tertentu untuk menguji sejauh mana ketahanan sektor keuangan terhadap gejolak yang ada. Ini juga dilakukan untuk mengetahui sejauh mana ketahanan perbankan Indonesia.
“Secara individual satu per satu kita pantau termasuk mitigasi lembaga keuangan terhadap risiko, itu pekerjaan rutin pengawas, setiap hari, kita terus pantau, volatilitas rupiah termasuk tingkat suku bunga,” jelas dia.
Muliaman mengatakan, saat ini kondisi perbankan Indonesia dinilai cukup aman termasuk dari sisi permodalan.
“Situasi permodalan bank cukup kuat, di ASEAN, Capital Adequacy Ratio (CAR) bank kita sudah paling tinggi, ibaratnya shock breker nya sudah kuat. Gejolak boleh terjadi, tapi banknya bisa tetap kuat karena shock breaker-nya bagus,” imbuh Muliaman.