NASIONAL, mediakita.co – Suasana duka masih terasa setelah meninggalnya Ki Dalang Seno Nugroho termasuk bagi sahabat, teman dan penggemarnya.
Tayangan prosesi pemakaman Ki Seno Nugroho pada kanal youtube Dalang Seno dan kanal lain masih menujukkan banyak pengunjung baru setiap harinya.
Dalam iringan gending Jawa ia hadir menemani pecinta pertunjukan wayang kulit, dalam iringan gending Jawa dan wayang kulit pula ia kembali.
Gagrak Seno Slendro Pathet 9 mengalun sendu. Nada dan iramanya semakin meninggi saat dibawakan untuk mengiringi kepergian Ki Dalang Seno Nugroho menuju peristirahatannya yang terakhir.
Pengendang nampak menabuh semakin keras, nada dan iramanya seakan mewakili perasaannya. Tak kuasa tangisnya pun pecah. Pesinden dan waranggana (yang biasa mengiringi pertunjukkan dengan penuh canda/ gojek dan penuh keceriaan yang menghibur) nampak larut dalam duka perpisahan, semua nampak menangis. Begitu dekatnya Ki Seno bagi mereka. Tidak bisa ditutupi nampak dari suasana pelepasan jenazahnya itu.
Tiga hari selepas meninggalnya Ki Dalang Seno Nugroho, mediakita.co berhasil melakukan wawancara dengan Susilo Nugroho atau bagi masyarakat Yogyakarta sebagian masyarakat Jateng dan Jatim lebih mengenalnya sebagai Den Baguse Ngarso sebagai pelaku seni di Yogyakarta yang mengenalnya.
Susilo Nugroho atau Den Baguse Ngarso seorang praktisi seni budaya, pemain ketoprak, pemain teater juga komedian yang beberapa kali sempat berkolaborasi dengan almarhum Dalang Seno dalam beberapa kali pertunjukan wayangnya.
Mengenal Dalang Seno Lewat Tokoh Bagong
Dalam prosesi pemakaman, di depan, nampak seorang anak memegang tokoh Bagong dan satunya lagi memegang tokoh Bima. Kedua tokoh tersebut menjadi sentral perhatian terkait dengan Ki Seno Nugroho sendiri. Tokoh Bima Sena menjadi salah satu tokoh dengan nama yang sama dengan Ki Seno sendiri, hal ini bisa menjadi pemakluman publik. Namun tokoh Bagong merupakan karakter yang tidak umum dipakai sebagai simbol kepangkatan. Dan, mengapa Tokoh Bagong menjadi sang pengantar Ki Seno Nugroho menuju ke keabadiannya (kelanggengan)?
Setiap pertunjukan wayang yang dimainkannya, Ki Seno selalu menggunakan Bagong sebagai penyampai pesan. Tokoh Bagong yang apa adanya, ‘kurang sopan’, dan menjadi bayangan Semar ayahnya yang adalah dewa. Dengan posisi Bagong yang strategis tersebut, Ki Seno Nugroho mencoba menyuarakan gagasannya.
Untuk mengenal Ki Seno, kita bisa memperhatikan perilaku Bagong dalam pertunjukan wayangnya. “Terobosan yang dilakukan Ki Seno Nugroho, yang menbuat saya terkesan, bukan dalam seni pertunjukannya, tetapi dalam menonjolkan tokoh Bagong. Bagong dalam falsafah Jawa kan dikenal sebagai bayangannya Semar, Semar itu dewa, Bathara Guru pun kalah oleh Semar,” jelas Baguse Ngarso.
Lebih lanjut Den Baguse Ngarso memberikan beberapa pendapat menarik atas pilihan Ki Seno Nugroho dalam menonjolkan tokoh Bagong yang tampil membalikkan pandangan masyarakat umum.
“Banyak dalang mempersonifikasikan Bagong itu sebagai pelawak, bodoh, tidak banyak pengetahuan. Seno menjadikan sesuatu yang berkebalikan. Bagong dipersonifikasikan sebagai cerdas, berani meski unggah-ungguhnya kurang, dan kadang sakti, karena dia dewa. Dan secara umum, Bagong menjadi sosok yang menyuarakan kondisi actual dan bagaimana menyikapinya. Persis pada posisi ini, Bagong adalah penyambung gagasan Ki Seno Nugroho sendiri.” ungkapnya.
Kawan Tanpa Sekat
Den Baguse Ngarso menyatakan hubungan Ki Seno dengan dirinya tiada sekat dalam bergaul, khususnya dalam saat di panggung.
“Saya dengar malah dari orang lain, Ki Seno meski ada perbedaan usia sangat jauh, merasa tidak memiliki sekat dengan saya. Kalau di panggung, dia mau ngendhas-endhaske saya atau saya ngendhas-endhaske dia (ungkapan khas Jawa ndasmu atau pala lu kalau di Betawi), kami tidak ada yang sakit hati,” jelas Susilo Nugroho mengenang almarhum.
“Meski secara pribadi, saya kurang dekat. Ya kami saling mengenal sekitar tahun 2004, saat persiapan pertunjungan kolaborasi di Belanda. Ki Seno dari wayang dan saya sendiri ketoprak dan teater. Dan karena jumlah personel yag terbatas, maka Ki Seno juga harus terlibat dalam teaternya. Kami selama sekitar 6 bulan intensif berlatih. Di sanalah kami saling memahami,” kata Susilo Nugroho.
Mampu Menjaga Irama Pertunjukan
Menurut Den Baguse Ngarso, Keistimewaan Ki Seno Nugroho sebagai dalang adalah pada kemampuannya dalam menjaga irama dramatik-nya pertunjukan wayang. Ia bisa membuat orang yang tidak suka wayang bisa menikmati. Bahkan dalam hal sudah sampai pada tataran terbalik, orang yang tidak konsentrasi pun saat menyaksikan pertunjukan Ki Seno bisa menjadi konsentrasi. Kalau dalang konvensional saya bisa menikmati karena saya konsentrasi.
Dalam hal seni pertunjukan, saat ini Dalang Seno adalah dalang dengan penggemar terbanyak. Hal tersebut menegaskan kekuatan Ki Seno dalam mengelola pertunjukan wayangnya. Dan dampak dari kekuatan tersebut lahirlah Penggemar Wayang Ki Seno Nugroho (PWKS).
Dari PWKS tersebut oleh Den Baguse Ngarso pernah rasakan kekuatan pamor pengaruh Ki Seno dalam melahirkam fans wayang kulit.
Saat itu pagelaran wayang di Istana Negara oleh Ki Manteb Sudarsono, yang kebetulan Baguse Ngarso terlibat dalam acara tersebut. Dimana saat pagelaran wayang itu, saya banyak ketemu orang dan diajak untuk foto Bersama. Semuanya ternyata menggunakan seragam kaos bertuliskan PWKS.
“Wah, saya semula GR, ternyata mereka mengenal saya gara-gara beberapa kali saya bermain dengan Ki Seno Nugroho,” kenang Baguse Ngarso tentang Ki Seno dan penggemarnya (PWKS).
Saat ini Ki Seno dengan segala kenangannya memberi kita sebuah memori besar tentang seni pertunjukan yang mampu merespons jaman. Beristrahat dalam damai dan bahagia Ki Seno Nugroho.
Penulis: Harshan
Editor: Jawi