Kalimantan Timur selama ini kurang terdengar sebagai daerah yang mempunyai situs-situs arkeologi seperti daerah lainnya di Indonesia. Padahal tonggak sejarah Indonesia dimulai dari provinsi ini, yaitu 7 buah Yupa (prasasti) Kerajaan Kutai Mulawarman dari abad 4-5 Masehi. Hasil penelitian bersama Indonesia-Perancis yang dilakukan sejak tahun 2003, menyatakan bahwa pedalaman Kalimantan Timur, khususnya kawasan karst Pegunungan Marang ditemukan banyak situs gua hunian manusia masa lalu.
Gua-gua yang berada di bukit karst di dalam hutan yang jauh dari permukiman penduduk. Dan, untuk mencapainya diperlukan perjalanan yang cukup melelahkan. Bahkan, kita harus menaiki perahu selama 8-10 jam dari desa terakhir menuju ke hulu sungai, sebelum jalan kaki menuju ke lokasi situs gua-gua karts.
Liang Kairim Dan Jejak Budaya
Daerah Pegunungan Marang menyimpan sumber daya budaya dan arkeologi, salah satunya adalah situs Liang Kairim. Liang Kairim merupakan sebuah situs gua yang dindingnya penuh dengan gambar-gambar kuna dari masa prasejarah. Gambar-gambar dari masa prasejarah tersebut berupa gambar cap tangan manusia dengan jumlah dan komposisi yang lain dengan yang ditemukan di situs lain di Indonesia.
Gambar-gambar yang diterakan pada dinding dan langit-langit gua Liang Kairim tersebut memiliki arti dan fungsi penting bagi masyarakat pendukungnya pada masa lalu. Keberadaan gambar-gambar tersebut menunjukkan fungsi gua yang dipergunakan untuk kegiatan yang erat hubungannya dengan kepercayaan dan ritual tertentu.
Para ahli arkeologi sepakat bahwa gambar-gambar kuna yang ada di dinding-dinding gua di pelosok Indonesia berhubungan erat dengan ideologi masyarakat. Kegiatan pemujaan dan penguburan merupakan dua kegiatan utama yang sering kali dilakukan dalam gua-gua oleh kelompok manusia prasejarah ribuan tahun lalu.
Liang Kairim sendiri merupakan salah satu dari sekian banyak situs gua yang mempunyai gambar-gambar dinding di pedalaman Kalimantan Timur. Gambar-gambar yang diterakan pada dinding Liang Kairim terdiri gambar cap tangan, gambar binatang, gambar pohon kehidupan, dan beberapa motif lain yang belum bisa diidentifikasi.
Hingga saat ini, meski sudah melaksanakan banyak penelitian tentang gua-gua yang mempunyai gambar-gambar didalamnya, tetapi tetap saja belum bisa menjelaskan dengan pasti siapa manusia yang ada di balik peristiwa seni purba tersebut. Data yang didapatkan pada saat penelitian di Liang Kairim sangatlah terbatas, seolah-olah keberadaan gua itu hanya pernah digunakan untuk keperluan pembuatan gambar-gambar dan kegiatan ritual pemujaan saja.
Untungnya masih ada artefak yang terbuat dari bahan tanah liat bakar (yang sering disebut dengan gerabah) yang berhasil ditemukan di antara sudut dinding gua.
Temuan Gerabah Bergaya Austronesia
Artefak gerabah ditemukan di antara sudut dinding gua. Dan, berdasarkan pengamatan dari jenis bahan dan dekorasi pada gerabah tersebut, diduga bekas wadah yang ukurannya cukup besar. Wadah dari bahan tanah liat bakar ini dikerjakan dengan teknik yang cukup tinggi dengan pola hias yang boleh dikatakan sangat raya untuk ukuran masa itu.
Hasil rekonstruksi yang dilakukan menunjukkan bahwa gerabah itu tersebut merupakan sebuah bejana (tajau) yang cukup besar dengan leher yang agak panjang dan bibir agak terbuka. Hal menarik adalah bahwa hampir semua bagian badan gerabah diberi hiasan yang sangat raya dan indah. Hiasan pada tajau cenderung mirip dengan gerabah Lapita yang berkembang di Kepulauan Pasifik.
Para ahli arkeologi masih terus melakukan kajian tentang kemungkinan tradisi pembuatan gerabah Lapita yang berkembang jauh di bagian timur kepulauan Indonesia-Malaysia dapat mempunyai cabang budaya di pedalaman Kalimantan Timur?
Tradisi pembuatan wadah Lapita dari tanah liat bakar ini merupakan salah satu ciri manusia berbahasa Austronesia, selain tradisi beliung persegi dan domestikasi binatang seperti anjing, babi, dan ayam. Tradisi pembuatan gerabah ini mulai berkembang sekitar 4000 tahun lalu di Kepulauan Indonesia dan Pasifik.
Keberadaan Lapita di dalam Liang Kairim sangat erat kaitannya dengan gambar-gambar yang diterakan di dinding gua. Namun demikian, di Liang Kairim belum ditemukan adanya sisa-sisa kegiatan penguburan.
Temuan lukisan dinding gua dan juga gerabah lapita mendukung dugaan bahwa manusia berbahasa Austronesia pernah singgah di Kalimantan sekitar 4000 tahun lalu (tepatnya 1600 Sebelum Masehi).
Penulis: Bambang Sugiyanto
Peneliti Madya dari Balai Arkeologi Provinsi Maluku, Tinggal di Ambon.