PEMALANG, mediakita.co- Pelukis Al Rasyid (49), didapati tengah bergumul dengan kanvas dan kuas di depan kandang kerbau disebuah desa tepian hutan jati Pemalang, Desa Pegongsoran. Ia datang sejak pagi, saat cahaya matahari baru saja mulai menyusup disela-sela daun jati yang terhampar hijau.
Dihingga siangnya, ketika sengat matahari seperti hendak melepuhkan kulit, kanvas didepannya sudah setengah penuh lukisan. Barangkali, inilah lukisan yang menjadi kesaksian atas kembalinya sang mastro pelukis Pemalang ini dari jeda yang dipilihnya untuk beberapa waktu sebelum ini.
Bagi Al Rasyid, ini bukan pertama kalinya. Ia seperti tengah mengelupas waktu dengan sungguh ketika terpanggil harus kembali untuk pengabdiannya di jalan hidup dan dunia yang dipilihnya, melukis.
Maka dalam bahasa kanvasnya, ia seperti tengah meneguhkan dedikasinya dengan melengkapi pembekalan melukis hari ini menjadi pertemuan ke 22 dari 33 pertemuan yang direncanakan. Atas nama pengabidian kepada dunia lukis, semua dengan biaya dan alat yang diperlukan seluruh kegiatan ini dirogoh dari kantongnya sendiri.
“Saya pribadi yang nanggung, termasuk cat, kanvas dll. DKD belum punya dana, anggaran yang diajukan ke pemerintah daerah belum turun,”ungkapnya kepada mediakita.co, Sabtu (15/08/2021).
Al Rasyid menganggap, pembekalan pengurus komite seni rupa seperti ini sangat penting. Menjadi fondamen bagi Dewan Kesenian daerah (DKD) Pemalang agar para pengurus komite seni rupa menguasai pengetahuan dasar tentang seni lukis dengan baik dan benar.
Pada tahap kelas ini, secara khusus dia mengambil thema pelajaran melukis pemandangan di kandang kerbau Desa Pegongsoran. Di Desa ini, kandang kerbau dan kerbau menjadi salah satu ciri khas yang mewarnai perjalanan sejarah ekonomi dan sosial budaya masyarakatnya.
“Jadi pada saat nanti mengadakan kegiatan seni lukis setidak-tidaknya punya bekal pengetahuan yang cukup, tidak ngawur. Karena melukis sudah ada pakem dasarnya. Walaupun, nanti akan tetap dikembangkan,” ungkap penasehat dan pembimbing pengurus seni lukis DKD Pemalang ini kepada mediakita.co.
Selanjutnya, menurut Al Rasyid, para pengurus komite seni lukis bisa membantu menjadi pembimbing pada saat DKD mengadakan kursus atau pelatihan seni lukis untuk umum. “Jadi saya tidak sendirian. Temen-temen yang sudah mengikuti acara pembekalan awal ini bisa menjadi asisten saya”.
Diharapkan ke depan, ujar pelukis Pemalang yang puluhan tahun tinggal dan berkarya di Pulau Bali ini, kualitas karya-karya pelukis Pemalang memiliki bobot pengetahuan yang sepadan dengan para pelukis dunia. Karena menurutnya, melukis memang universal.
“Karena pengetahuan melukis memang universal, jadi melukis itu tidak asal-asalan. Ada pengetahuannya. Nanti bisa diperbandingkan dengan pelukis di seluruh dunia. Kira-kira begitu harapannya,”jelasnya.
Kegiatan ini, disebutnya sebagai salah satu tahapan pelajaran melukis tingkat dasar. Sebuah tahapan dengan pelajaran melukis pemandangan secara langsung.
Sebelumnya, pelajaran melukis di studio dalam ruangan. Di studio pribadinya yang terletak di Jalan Jl.Progo Gg. Bhakti Kelurahan Kebondalem, pelajaran melukis di studio dalam ruangan telah beberapa kali pertemuan dengan materi objek alam benda baik teori dan praktek.
“Tahap itu sudah dilewati dengan mempelajari kunci warna seperti kunci warna merah hijau, tertier serta panas dinginnya. Biru oranye, terier serta panas dinginnya dan kuning ungu, tertier serta panas dinginnya,” jelasnya.
Setelah pelajaran melukis alam benda di studio telah selesai, kemudian giliran acara pelajaran melukis pemandangan ini sebagai contoh pelajaran melukis langsung menggunakan kunci warna merah hijau.
“Jadi tadi posisinya baru contoh. Kemudian minggu depan nanti yang belajar melukis langsung sesuai dengan bekal pengetahuan yang sudah saya sampaikan. Lokasinya tetap disana, nanti saya melihat saja sambil memberi bimbingan,” pungkasnya.
Oleh : Redaksi mediakita.do/01