ajibpol
NASIONAL

Waspada! Bahasa Arab Adalah Sarana Menyebarkan Terorisme dan Faham Taliban?

NASIONAL, mediakita.co – Pengamat intelijen Susaningtyas Nefo Kertopati mengungkapkan kekhawatirannya tentang penyebaran terorisme dengan memperbanyak bahasa Arab.  Menurutnya hal tersebut telah menyebabkan tergerusnya bahasa Indonesia bahkan sampai tidak mau hormat bendera.

‘Bagaimana saya tak khawatir, anak muda kita sudah tak mau lagi hormat pada bendera RI, tak mau menyanyikan lagu Indonesia Raya. Lalu diperbanyak bahasa Arab’ ungkapnya seperti dikutip dari keuangannews.id.

Meski demikian ia enggan menuding Arab sebagai teroris namun jika hal tersebut mengarah ke teroris itu sangat berbahaya. Menurutnya kelompok pendukung Taliban yang ada di Indonesia ingi merebut kekuasaan dengan cara mereka sendiri.

“Bukan berarti Arab itu memiliki konotasi teroris, namun kalau arahnya ke terorisme bahaya…. Karena sebenarnya mereka juga ingin berkuasa, ingin punya kekuasaan, tapi mereka ingin berkuasa dengan cara mereka sendiri’ ungkapnya.

Susan juga memebeberkan satu ciri-ciri sekolah Indonesia yang berkiblat ke Taliban, peserta didiknya termasuk para guru tidak mau hormat ke bendera serta tidak mau pasang foto presiden dan wapras.

Baca Juga :  Gawat! Hacker Asal China, Bobol Data BIN

“Mereka juga tak mau pasang foto presiden dan wapres. Lalu mereka tak mau menghafal menteri-menteri, tak mau menghafal parpol-parpol,” kata dia.

Lebih lanjut ia mengingatkan agar waspada dengan gerakan sekolah yang berkiblat pada Taliban. Karena sekolah merupakan pabrik pencetak para pemimpin negeri di masa depan, sekolah pula yang mencerdaskan bangsa sehingga harus menjadi perhatian bagi Kementerian Pendidikan, Kementerian Agama, BIN, BNPT, TNI dan Polri.

Menanggap pernyataan Susaningyas tersebut Ketua MUI Pusat Muhammad Cholil Nafis menyampaikan protes keras. Menurutnya pernyataan Susaningtyas teresebut bukanlah pernyataan pengemat tetapi penyesat. Menurutnya hal tersebut terjadi karena Susan tak mengerti bahasa Arab sehingga mengaitkannya dengan teroris.

‘Mengamati atau menuduh. Gara-gara tak mengerti bahasa Arab maka dikiranya sumber teroris atau dikira sedang berdoa hahaha. Ini bukan pengamat tapi penyesat,” kata Cholil dalam cicit akun media sosial Twitter-nya, Rabu (8/9) seperti dikutip dari Republika.co.id.

Artikel Lainnya