PEMALANG, mediakita.co- Bupati Pemalang, Mukti Agung Wibowo ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sebelum itu, sang bupati sempat menuai beragam kontroversi, Minggu (14/8/2022).
Dimulai dari tindakan ‘dangdutan dan jogetan’ Bupati Pemalang saat kasus Covid-19 sedang tinggi-tingginya. Sang bupati asik menyanyi lagu ‘kereta malam’ yang dipopulerkan Elvy Sukaesih.
Setelahnya, muncul kebijakan mewajibkan ASN (Aparatur Sipil Negara) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Pemalang, membeli beras. Bupati berdalih, kebijakan ini sebagai bentuk ketahanan pangan dan membantu petani lokal.
Beras ini dinamakan ‘Beras Mapan’ dikemas per 10 kilogram. Pengelola program, yaitu perusahaan BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) PT Aneka Usaha Kabupaten Pemalang, sedangkan dinas teknis yang menangani Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Pemalang.
Beras pegawai ini, didasarkan dengan Instruksi Bupati Pemalang Nomor 22 Tahun 2021. Tidak hanya ASN yang diwajibkan membeli, namun juga karyawan BUMD.
Selain itu, ada beberapa peristiwa yang menimbulkan polemik dan melibatkan nama bupati.
HUT (Hari Ulang Tahun) Kabupaten Pemalang tahun 2022 yang diprotes sejumlah seniman karena tidak melibatkan seniman lokal. Serta disisipi kegiatan bisnis MLM (Multi Level Marketing).
Dalam kaitannya bisnis MLM, bupati juga ikut mempromosikan. Sehingga banyak PNS yang bergabung.
Tidak berselang lama bisnis MLM yang dipromosikan Bupati Pemalang, ternyata abal-abal. Bisnis MLM ini, bermerek dagang Viral Blast. Akibatnya, uang yang telah disetorkan menguap begitu saja.
Bupati Mukti Agung Wibowo, juga disebut ikut bertanggungjawab dalam peristiwa maut Liga 3 Pemalang. Diketahui, gelaran pertandingan sepakbola yang bertempat di Stadion Mochtar, mengakibatkan tewasnya seorang warga asal Desa Banjarmulya, Kecamatan Pemalang.
Bupati Pemalang, Mukti Agung Wibowo, disebut tidak memiliki hubungan yang baik dengan pihak legislatif. Sebelum ditangkap KPK, bupati sempat diboikot oleh mayoritas anggota DPRD Pemalang.
Beberapa pekan terakhir, Bupati Pemalang, kembali tersandung permasalahan mengenai gapura daerah. Dirinya merubah tulisan ‘Pemalang Ikhlas’ menjadi ‘Pemalang Aman.’
Oleh: Arief Syaefudin