Sejagad, mediakita.co – Sudah tiga bulan lebih sejak pertama kali terdeteksi di Wuhan Tiongkok Covid 19 meneror dan mengobok – obok emosi masyarakat dunia. Ribuan orang telah direnggutnya dan ratusan ribu orang sedang berjuang melawan virus paling mematikan tersebut.
Di tengah – tengah derita yang mencekam masih ada secerca harapan dan kisah – kisah inspiratif yang dapat menguatkan kita di tengah – tengah kecemasan karena Covid 19.
Adalah kisah pasangan muda dari Kota Wuhan kota asal virus corona pertama kali ditemukan. Sebagaimana dikisahkan BBC News Indonesia melalui Channel Youtubenya https://www.youtube.com/channel/UC46q-QSvoJz-1iSxPeuOqWA.
Dikisahkan bahwa ada sebuah keluarga muda Sang Suami adalah seorang produser film dan istrinya adalah seorang tenaga medis yang terjangkit Covid 19 setelah merawat penderita Covid 19 beberapa hari sebelumnya.
Sang suami berkisah tentang karantina mandiri yang dialaminya mendampingi Li Ting istrinya.
Sebelum karantina kami hidup sederhana namun bahagia. Istri saya adalah seorang perawat di IGD dan saya adalah seorang pembuat film. Pada pertengah desember istri saya mulai khawatir. Dia mengatakan ada peningkatan penyakit dengan gejala yang sama. Dia bilang ia sangat cemas dan tak ingin pergi bekerja. Tetapi dia tetap mengenakan seragamnya. Jadi saya tahu ia tak akan meninggalkan pasiennya. Dia menelpon saya pada pukul 08.50 dan mengatakan ‘saya terinfeksi’. Saya langsung tahu apa yang dia maksud. Hari ini kami diberitahu bahwa ia telah terinfeksi. Pikiran saya kosong, saya tidak tahu harus berbuat apa. Gejalanya ringan dan petugas medis sudah sangat kewalahan. Jadi dokter hanya meresepkan beberapa obat dan mengatakan kami harus karantina mandiri di rumah. Setiap hari saya memastikan ia baik – baik saja saya merawatnya dengan pakaian pelindung lengkap. Kadang – kadang ia tak mengijinkan saya masuk di kamarnya karena khawatir saya tertular juga.
Setiap hari saya memutuskan tetap merekam karena khawatir ini akan semakin memburuk. Saya selalu ingin membantu Li Ting dengan cara yang saya tahu. Saya menyiapkan makanan dan bahan – bahan untuk membantu kesembuhan Li Ting. Meski demikian dia terus menangis karena rasa sakit yang dirasakannya. Kondisi semakin parah dan gejalanya semakin buruk. Dia merasa sakit seluruh tubuh dan suhu tubuh lebih dari 39 derajat celcius. Saya selalu menguatkannya dan menghiburnya dengan mengatakan, ‘tidak apa – apa saya ada di sini’.
Seteleh keadaannya semakin memburuk saya menelpon banyak rumah sakit namun tidak ada kamar yang tersedia. Setelah tiga belas hari setelah dia didiagnosis kondisinya mulai membaik. Kami memutuskan melakukan pemeriksaan agar kami semakin yakin.
Saya sangat menyesal tidak membawanya ke rumah sakit secepatnya. Li Ting akhirnya mendapatkan perawatan di rumah sakit. Suatu hari saya menelponnya dan menanyakan kabarnya. Ia menjawab, ‘Mungkin ini perasaan saya saja. Tapi saya merasa akan sembuh’.
Bagi kami sebagai pasangan pengalaman ini menunjukkan bahwa betapi pentingnya kami satu sama lain.
Pengalaman pasangan muda ini yang berjuang bersama – sama menghadapi cengkraman Covid 19 hingga akhirnya menang biarlah menjadi inspirasi juga bagi siapa pun kita yang menderita mau pun mencegah covid 19.