LAMONGAN, mediakita.co- Budikdamber atau Budidaya Ikan Lele dalam Ember belakangan banyak diminati bahkan pencapaian penikmatnya selama masa pandemi naik signifikan. Maka, Budikdamber menjadi salah satu program yang dilakukan oleh peserta KKN Universitas Diponegoro Tim 1 Periode 2020/2021 yang melakukan KKN Mandiri di Desa Tenggulun Kecamatan Solokuro, Kab. Lamongan. Salah satu peserta KKN Shobikhatul Fakhriyah menyampaikan gagasan program KKN-nya pada Senin, 08/02/21.
Kegiatan budikdamber ini dilakukan selama masa KKN berlangsung, dimulai ketika minggu kedua, sekitar tanggal 11 Januari 2021.
Mengoptimalkan Pemanfaatan Lahan
Program Budikdamber sendiri merupakan upaya memanfaatkan lahan sempit di rumah, serta ember bekas dalam budidaya ikan lele selama masa pandemi. Kegiatan ini bisa dilakukan oleh siapa saja dengan modal yang tidak seberapa.
Keuntungan dari budikdamber bisa dua sekaligus dalam satu wadah yaitu ikan lele dalam ember, dan tentunya tanaman kangkung di atasnya. “Harapan saya, semoga ini menjadi langkah pertama untuk ibu-ibu seperti saya agar bisa kreatif dan tentunya menghasilkan uang, mentok nanti ikan dan kangkungnya bisa dimakan sendiri,” Pungkas Nisa’ salah satu peserta program budikdamber.
Dalam hal budikdamber ini, normalnya, panen ikan lele bisa didapatkan saat usia ikan lele menginjak umur dua bulan. Namun demikian, selama masa pembudidayaan ikan lele, menurut Fakhriyah, salah satu mahasiswa KKN mengatakan bahwa awalnya ikan lele tersebut ada yang mati. “Awalnya memang banyak yang mati, hal ini kemudian memberikan solusi bahwasanya ikan lele tersebut sepertinya kurang yang namanya nutrisi, atau bahkan baru beradaptasi” jelas Fakhriyah.
Nutrisi ikan lele sendiri bisa berasa dari arang yang berada dalam gelas air dan daun papaya untuk pertumbuhan ikan lele. “Setelah saya amati, ternyata penambahan arang dan daun papaya sangat banyak membantu, Alahamdullilah,” pungkas Fakhriyah.
Fakhriyah menjelaskan, setelah penelitian ini para ibu-ibu rumah tangga atau bahkan anak muda terinspirasi untuk lebih memanfaatkan lahan sempit di rumah mereka. Dan, dari hasil budikdammber tersebut akan mendatangkan cuan, terlebih di saat pandemi masih berlangsung.
Pencapaian SDG’s Melalui Literasi
Program lain yang dikembangkan oleh mahasiswa peserta KKN berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat di tengah pandemi Covid-19, dengan menitikberatkan pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG’s). Terdapat 17 (tujuh belas) sektor pembangunan, dan salah satunya adalah program “Melukis mimpi (mimpiku mimpimu) yang mencoba untuk mengedukasi anak-anak remaja sesuai poin keempat mengenai pendidikan lewat membaca yang merupakan jendela dunia”.
“Pelajaran secara daring yang juga tidak bisa dilakukan semaksimal mungkin. Faktor dunia literasi dalam pendidikan menjadi persoalan yang sampai saat ini masih dilakukan untuk memimalisir permasalahan tersebut,” kata Fakhriyah. Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa salah satu faktor penghambat yaitu kurangnya minat membaca.
Data hasil Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyatakan, bahwa penyebab rendah minat dan kebiasaan membaca karena kurangnya akses, terutama untuk masyarakat Indonesia yang berada di daerah terpencil. Di lain sisi, menurut pengamatan yang telah dilakukan adalah rasa bosan juga menjadi salah satu faktor.
“Oleh karenanya, program ini mencoba untuk mempertahankan dan meningkatkan dunia literasi dengan menyediakan buku cerita maupun belajar sambil bermain seperti menulis mimpi mereka dalam pohon mimpi,” pungkas Fakhriyah. (Mediakita.co/Penulis: Fkh/Editor: Haris).