JAKARTA, mediakita.co- Informasi pencabutan larangan bagi keturunan PKI (Partai Komunis Indonesia) menjadi anggota TNI oleh Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa saat ini tengah menjadi pembicaraan hangat. Sekretaris Pusat Studi Politik dan Kebijakan Strategis Indonesia (Polkasi) Janu Wijayanto menyebut bahwa tindakan Panglima TNI itu sebagai bentuk kecerdasan praksis Pancasila.
“Pencabutan larangan bagi keturunan PKI menjadi anggota TNI oleh Jenderal Andika justru patut menjadi contoh praktek bernegara yang berdasar Pancasila. Semua sila hampir tercermin dalam tindakan itu, sebut saja mana sila yang tidak terwakili nilainya? Semua terwakili,” jelasnya kepada mediakita.co, Kamis (31/03/2022).
“Ini contoh kecerdasan praksis Pancasila. Pancasila itu kan untuk pedoman praktek bernegara bukan dijadikan mantra untuk didongengkan saja”, ujar Janu yang juga alumni Kajian Stratejik Intelijen UI ini, menambahkan.
Justru dengan apa yang dimulai oleh Jenderal Andhika ini sebuah langkah cerdas. Selama ini kan kalau kita lakukan studi timeline sederhana seakan sejarah yang ada masih kaku sekali dimana ada kondisi beku dihadap hadapkan antara TNI terutama Angkatan Darat dengan unsur-unsur PKI dan segala turunannya. Seakan sudah beku dan susah cair. Butuh tokoh bervisi negarawan yang berani memecah kebekuan sejarah.
“Saya kira anak cucu kita generasi ke depan Bangsa Indonesia tidak kenyang dengan memakan dongengan sejarah, betul bahwa sejarah penting tapi toh tidak langsung mempengaruhi kelangsungan hidup sebuah bangsa. Persatuan antar anak bangsa Indonesia lebih utama, Persatuan Indonesia lebih utama”, katanya.
Lebih lanjut menurut Janu harus dipertimbangkan juga bahwa yang terlibat pemberontakan terhadap negara adalah kakek moyangnya tidak berarti anak cucunya sama.
“Justru beliau menjadi ice breaker atas kebekuan sejarah. Kan sama-sama nggak enak jika saling mengadili sejarah di era begini nggak akan ada yang menang. Malah akan jadi jebakan terus menerus yang menyulitkan semuanya. Bisa dibilang ini mencairkan kondisi yang beku,” tambahnya.
“Riil kecerdasan praksis Pancasila Jenderal Andika Perkasa, nggak mungkin bertuhan penuh dendam kesumat, nggak mungkin berperikemanusiaan mau mendzalimi sesama, nggak mungkin insan gandrung persatuan Indonesia tega melihat diskriminasi, nggak mungkin berbusa bicara demokrasi tanpa mencintai seluruh rakyat, nggak mungkin berkeadilan sosial kalau masih meninggalkan saudaranya sebangsa dalam kesulitan,” tandasnya.
Diharapkan, sejarah akan mencatat hal ini dengan tinta emas. “Dan Panglima TNI mendapat berkah menjadi pemimpin negarawan”.