Coba Lihat, Ini Hikmah Penciptaan Iblis dan Setan (Habis)

Ilustrasi
hikmah penciptaan iblis dan setan

“Setan berkata, sewaktu Adam hidup pun aku enggan sujud kepadanya, apalagi setelah kematianya.”

CIPUTAT, mediakita.co — Pakar Hadits Badruddin asy-Syibli dalam bukunya, Ahkam al-Marjan, meriwayatkan kisah panjang pertemuan Iblis dengan Nabi Nuh as. Akhir kisahnya menjelaskan bahwa iblis bertanya kepada Nuh as. Apa yang harus ia lakukan agar tobatnya diterima Allah?

Nabi Nuh bertanya kepada Allah dan mendengar jawaban-Nya, “Perintahkan ia sujud ke kuburan Adam!” setelah Nuh menyampaikan jawaban itu, Iblis menggelengkan kepala sambil berkata, “Sewaktu Adam hidup pun aku enggan sujud kepadanya, apalagi setelah kematianya.”

“Walhasil, kita dapat berkata ilustrasi ulama terdahulu atau sastrawan modern kesemuanya berakhir pada kesimpulan bahwa kehadiran Iblis dan setan merupakan suatu keniscayan.” tulis Quraish.

Keniscayaan itu dikehendaki Allah, karenanya hanya demikian manusia mengenal kebaikan. Atas kehendak-Nya juga terjadi pertarungan antara penganjur kebaikan, di bawah pimpinan Nabi, dan pendorong kejahatan, yang dipimpin setan, karena hanya demikianlah dapat diketahui kualitas manusia.

Bacaan Lainnya

Hal ini pada giliranya diharapkan dapat mengantar manusia menyadari tujuan hidup sekaligus menyadari musuh yang dapat mengantarnya kepada kebinasaan hidup di dunia dan akhirat.

Menurut Prof Quraish pandangan Alquran tentang keniscayaan keberadaan setan, jika ditinjau dari segi perkembangan pemikiran manusia, merupakan pandangan yang sangat maju sekaligus menunjukkan betapa murni dan mutlak keesaan Allah dalam sifat dan perbuatan-Nya menurut pandangan Islam.

Manusia beragama pernah menduga bahwa kejahatan, atau tuhan gelap, atau yang dinamai setan, merupakan suatu kekuatan yang berkehendak dan aktif, serta seimbang dengan kekuatan kebaikan atau tuan cahaya. Masing-masing memiliki kerjaan dan kekuatan, bahkan pengikut dan ciptaan.

Setelah tahap ini, tulis Prof Quraish, manusia beragama percaya bahwa kekuatan tuhan cahaya lebih unggul daripada tuhan kegelapan, tuhan kejahatan atau setan; selanjutnya, sedikit demi sedikit dan kekuasaan setan semakin menurun hingga akhirnya Alquran datang mengajarkan bahwa setan memang memunyai kekuatan, tetapi kekuatan yang amat sederhana, terbatas, dan bersifat sementara, dan bahwa kekuatan tersebut bukan bersumber dari dirinya sendiri, tetapi dari Allah SWT jua.

Kepercayan akan keesaan Allah mengantar manusia beragama menampilkan setan dalam bentuk yang sangat butuk, kekuatan negative yang mengalihkan kenaikan kepada keburukan serta mendorongnya.

Ia membangkang, memperburuk apa yang baik dari ciptaan Allah, memperindah apa yang buruk dari aktivitas manusia, serta mengadangnya menuju jalan lurus yang diridhai Allah.

Tetapi sekali lagi, ujar Prof Quraish, setan tidak memunyai kekuatan dan kemampuan yang bersumber dari dirinya sendiri.

Firman Allah yang ditujukan kepada setan antara lain adalah “hasutlah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhdap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janji mereka.

Dan tidak ada yang dijanjikan oleh setan kepada mereka melainkan tipuan belaka. Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Tuhan-mu (hai Muhammad) sebagai penjaga.” (QS. Al-Isra’ {17}: 64-65).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.