ajibpol
DAERAHPERISTIWAPOLITIKSEJARAH & BUDAYA

Dari Mainan Kipas Kertas Hingga Masa Depan Anak

PEMALANG, mediakita.co – Mainan kipas kertas tradisional anak – anak yang dihasilkan oleh tangan terampil Suryadi (45), pria asal Desa Kaligelang, Dusun Kaligawe, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang, rupanya masih mampu bersaing di kancah industri mainan modern saat ini.

Dalam kesehariannya, Suryadi yang biasa di panggil yadi ini mengaku, keterampilan membuat kipas tersebut dihasilkan secara turun temurun dari sang kakek.

“Itu warisan kakek saya, alhamdulillah sampai sekarang masih tetap dicari orang meskipun saat ini sudah banyak mainan yang lebih modern,” ujarnya

Yadi menuturkan, bahwa bisnis yang diturunkan dari sang kakek, rupanya sudah Ia tekuni sejak tahun 1990-an hingga saat ini. Untuk mendapatkan bahan baku kertas, Yadi mendapatkannya dari pengepul rongsok seharga Rp. 3.500 / Kg.

“Saya sudah memulai bisnis ini sejak tahun 1990-an, dulu saya membuat mainan Otok-otok. Kemudian karena biaya produksi yang mahal, akhirnya saya beralih ke pembuatan kipas kertas ini. Saya beli kertas ini di tukang rongsok, biasanya belinya kilonan seharga tiga ribu lima ratus rupiah,” tuturnya.

Biasanya dalam sekali produksi kipas kertas, Yadi mampu menghasilkan puluhan kilo bahkan sampai kwintal, tergantung jumlah pesanan dari konsumen.

“Dalam sekali buat kipas ini, biasanya sampai 1 kwintal tergantung jumlah pesannya pesanannya,” tambahnya.

Baca Juga :  Ketua DPRD Pemalang Dukung Kenaikan Penghasilan Tetap Aparatur Desa

Kipas Berwarna

Untuk pembuatan gagang kipas, Yadi menggunakannya dari bambu tali yang di potong tipis, agar saat proses pengeliman tidak mudah rusak. Dalam sehari-hari, Yadi dibantu oleh istri dan keempat anaknya.

“Untuk gagangnya, menggunakan bambu tali yang di potong tipis, kalau terlalu tebal nanti kipasnya cepat rusak. Untuk membuat kipas ini, saya di bantu sama istri trus anak-anak. Kadang kalau pulang sekolah, mereka bantu saya ngecet kertas, kadang bantu menjemurnya,” katanya sambil tersenyum.

Sebelum dilakukan pengecetan biasanya, Yadi mengukur dan memotong kertas terlebih dulu, agar sesuai dengan ukuran yang sudah ditentukan. Setelah kertas selesai di ukur, kemudian proses pengecetan yang dilakukan oleh sang istri. Kertas yang sudah di warnai langsung di jemur di depan rumah.

 

Yadi menuturkan dalam sekali antar, pihaknya sanggup mengirim 7-10 karung ke distributor. Dalam satu karungnya berisi 2000 buah kipas kertas. Beberapa kali Yadi juga melakukan pengiriman ke luar jawa yakni sumatera kalimantan sulawesi.

“Kalau banyak yang pesen, saya sanggup membuat 7-19 karung ke distributor. Satu karung isinya kurang lebih 2000 buah kipas kertas. Kipas ini nggak Cuma di jual di Pemalang saja tapi juga di kirim ke luar jawa seperti Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi,” tandasnya.

Baca Juga :  Covid-19 Belum Hilang Di Pemalang

Pandangan Masa Depan

Meski dunia elektronik dan mainan dari plastik menggempur anak-anak saat ini namun Yadi memandang masih tetap optimis, asalkan dalam pembuatannya memperhatikan kualitas bukan kuantitas.

“Ya memang, saat ini permainan untuk anak-anak dunia sudah canggih semua, mulai dari yang terbuat dari plastik hingga elektronik. Tapi saya tetap optimis bahwa permainan ini masih bisa eksis asalkan membuatnya melihat kualitas bukan kuantitas,” jelasnya sambil memotong bambu.

Kipas kertas tersebut biasa yadi jual untuk satuan seharga lima ratus rupiah. Yadi tak hanya mengandalkan penghasilan dari pembuatan kipas kayu saja namun Ia tetap bekera serabutan demi dapat membiayai ke Empat anaknya.

“Kalau mau beli satu saja harganya lima ratus rupiah, tapi kalau untuk karungan tinggal dihitung saja berapa. Tapi saya juga kerja serabutan, kadang jadi kuli batu, kadang jualan keliling, banyak pokonya mas. Saya kerja banting tulang demi bisa membiayai ke empat anak saya mas, terus supaya sehat semua,” pungkasnya.

Suatu hari nanti, Yadi menginginkan anak-anaknya memeiliki kehidupan yang lebih baik lagi dari dirinya.

(Anep/Fat)

Artikel Lainnya