Kesadaran Lingkungan Hidup: Kunci Pengelolaan Sampah

Dr. Marisa Christina Tapilouw, S.Si., M.T.

Dengan mengambil tema Generation Restoration, peringatan Hari Lingkungan hidup sedunia (5 Juni 2021) menjadi momentum penting untuk kita mengambil bagian melestarikan lingkungan hidup. Restorasi lingkungan hidup akan berhasil jika setiap manusia memiliki kesadaran lingkungan hidup, artinya memiliki sense of belonging  terhadap lingkungan hidup.

Apakah kita pernah melakukan perbuatan yang mencemari lingkungan hidup? Semisalnya, kita membuang sampah sembarangan, katakanlah sampah masker sekali pakai dan kemasan makanan/minuman yang terbuat plastik sekali pakai. Masing-masing dari kita dapat menjawab pertanyaan tersebut dari lubuk hati terdalam. Dapatkah kita bayangkan, satu orang melakukannya lalu ada berapa banyak penduduk Indonesia yang melakukannya!

Penelitian terdahulu (Tapilouw, 2017) pernah dilakukan untuk mengetahui perspektif Guru tentang masalah Lingkungan Hidup. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa sampah merupakan masalah utama lingkungan hidup. Tiga penyebab utama timbulnya masalah lingkungan lingkungan hidup yaitu sampah plastik yang menumpuk, kesadaran Lingkungan Hidup yang kurang dan karakter peduli lingkungan yang kurang. Penelitian lain  oleh Tapilouw et al. (2017) tentang masalah Lingkungan Hidup dari perspektif siswa SMP menunjukkan bahwa sampah merupakan masalah utama Lingkungan Hidup. Dalam penelitian ini, diungkapkan solusi sederhana mengelola dan mengatasi masalah sampah yaitu melakukan daur ulang/recycle, membuang sampah pada tempatnya dan keberadaan bank sampah.

Dengan melihat kedua penelitian tersebut, dapatkah kita melakukan refleksi yaitu bagaimana kontribusi kita terhadap lingkungan hidup, khususnya masalah sampah. Terdapat dua pilihan bagi kita semua bagaimana menyikapi masalah lingkungan hidup. Pilihan pertama yaitu kita menjadi penyebab masalah lingkungan hidup.Ataukah kita memberikan solusi terhadap masalah lingkungan hidup. Dua pilihan ini sebenarnya mudah jika kita memiliki kesadaran lingkungan hidup dan sense of belonging terhadap lingkungan hidup. Pemerintah telah berupaya mengelola sampah yaitu dengan menyediakan Tempat Pembuangan Sampah (TPS). Namun, apakah kita berperan menambah beban TPS. Apakah kita memulai pengelolaan sampah dari tempat tinggal kita masing-masing ataukah dari TPS?

Mari kita simak hasil survey tentang pengelolaan sampah. Ada tiga hal yang diungkap yaitu (1) jenis sampah yang dihasilkan; (2) cara sederhana mengelola sampah; (3) kekhawatiran terhadap lingkungan hidup di masa Pandemi Covid-19. Mayoritas responden survey sederhana ini adalah siswa SMP/SMA, dan guru.

Bacaan Lainnya

Berdasarkan hasil survey, mayoritas jenis sampah yang dihasilkan pada masa Pandemi Covid 19 adalah sampah plastik (50%) dan sampah sisa makanan (31,8%).  Jenis sampah lain yaitu sampah kertas.

Apakah kita pernah melakukannya? “thrown them away”. Masalah Lh dalam perspektif Guru (Tapilouw, 2017)
Sampah: Masalah utama LH
Penyebab: sampah plastik, kurang kesadaran lingkungan, karakter
DOI: 10.2991/icmsed-16.2017.50

Dari hasil survei ini, kita bisa memetik suatu benang merah yaitu sampah plastik menjadi concern kita bersama, sampah sisa makanan berpotensi untuk dilakukan recycle & reduce, sampah kertas berpotensi untuk dilakukan reuse & recycle,  sampah dedaunan berpotensi untuk dilakukan recycle. Lalu bagaimana dengan sampah masker sekali pakai (trend sampah era pandemi Covid-19)? Kemudian kita kaitkan jenis-jenis sampah, apakah ada kaitan dengan gaya hidup?

Pertanyaan kedua dari survei yaitu cara sederhana pengelolaan sampah yang dapat kita lakukan. Mayoritas responden (53%) berpendapat bahwa membuang sampah pada tempatnya merupakan cara paling sederhana dalam pengelolaan sampah. Responden melakukan pemilahan sampah, Reduce, Reuse dan Recycle.

Mari kita renungkan bersama, sudahkan kita mengelola sampah secara sederhana sebagai bentuk tanggung jawab bahwa kita telah menghasilkan sampah. Membuang sampah pada tempatnya merupakan hal mudah dilakukan, tetapi ada kalanya sering dilupakan. Pemilahan sampah organik dan anorganik dapat dilakukan tetapi memerlukan kesadaran lingkungan (environmental awareness) dan perilaku berkesinambungan. Sudahkah kita mengurangi sampah/reduce?

Dapat ditiru pada skala rumah tangga/ di tempat tinggal kita masing-masing

  • Butuh kesadaran meletakkan sampah sesuai dengan jenisnya

Pertanyaan terakhir dalam survei sederhana yaitu “selain masalah kesehatan, Pandemi Covid-19 menimbulkan kekhawatiran dalam masalah lingkungan hidup:?”.

Sampah/limbah medis yang digunakan kembali menimbulkan kekhawatiran (47%). Hal ini merupakan penerapan prinsip Reuse yang tidak tepat. Lalu, kekhawatiran lain yaitu sampah masker sekali pakai (18%) dan sampah makanan/minuman kemasan (33%). Solusi yang dapat kita lakukan seperti membawa alat makan sendiri dan menggunakan masker  yang dapat di“cuci ulang”.

Kesadaran lingkungan hidup sebagai kunci pengelolaan sampah. Pola pikir sederhana yang dapat kita terapkan untuk mengurangi beban TPS.  Sampah dikelola oleh rumah tangga/pribadi. Bagaimana caranya? (1) membangkitkan kesadaran lingkungan hidup dan (2) melakukan 3 R (Reduce, Reuse, Recycle). Sehingga benang merah yang kita peroleh yaitu mengubah gaya hidup/lifestyle menuju gaya hidup ecofriendly. Refleksi penutup yaitu “Inginkah lingkungan hidup kita lestari berkelanjutan?”. Kita semua inginkan hal itu bukan? Segala sesuatu yang besar kita mulai dari hal sederhana, dari diri sendiri, memberi dampak bagi orang lain/ impact others.

 

Penulis:

Dr. Marisa Christina Tapilouw, S.Si., M.T.

Dosen Prodi Pendidikan Biologi

Fakultas Biologi Universitas Kristen Satya Wacana

 

Referensi:

Tapilouw, M. C., Firman, H., Redjeki, S., & Chandra, D. T. (2017). Junior High School Students’ Perception about Simple Environmental Problem as an Impact of Problem based Learning. Journal of Physics: Conference Series, 895, 012130. doi:10.1088/1742-6596/895/1/012130

Tapilouw, M. C. (2017). Teacher’s Knowledge Exploration about Environmental Problem in order to Enhanced Problem Based Learning. Advances in Social Science, Education and Humanities Research (ASSEHR), volume 57. DOI: 10.2991/icmsed-16.2017.50

Pos terkait