Randudongkal, Mediakita.co – Menilik grup Ebeg Nironggo Seto, Desa gembyang. Sehari-hari Petani desa, tapi 22 tahun ulet menyemai seni tradisi kuda lumping. Tak tangung-tangung, sempat dapat tawaran manggung ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII). ini dia ceritanya?
Kuda lumping atau biasa disebut Ebeg merupakan kesenian tradisional asal Banyumas tetapi di Desa Gembyang pun ada kesenian tersebut.
“Kesenian Ebeg di Gembyang ini kira kira sudah 22 tahun yang lalu, kami namakan grup ebegnya Nironggo Seto, walaupun bukan asli sini tapi kami tetap mengembagkanya karena terinspirasi ebeg dari Taman sari yang dulu pernah pentas di sini,” ujar Ruwed (50) pegiat Ebeg Desa Gembyang.
Dari situlah Ruwed dan rekan rekan sekampungnya berlatih kesenian ebeg di Taman sari dengan tujuan sebagai hiburan desa dan melestarikan kesenian, dari tujuan itu seiring berjalannya waktu ebeg Nironggo Seto sering mendapat undangan dalam acara hajatan, sukuran desa dan kontes kesenian yang diselenggarakan Dinas Pariwisata baik tingkat kabupaten maupun tingkat provinsi.
pria yang berperan sebagai pawang yang membawa cambuk ini menuturkan bahwa kesenian ebeg ini tidak dijadikan sebagai provesi keseharianya.
“ Ebeg ini sebagai kesenian dan hiburan saja, tampilnya ya kalau ada yang mengundang seperti kemarin tampil dalam acara tujubelasan di desa Semingkir dan di desa Rembul. Kalau pekerjaan keseharian saya mencangkul di sawah” Kata pawang Ebeg tersebut.
BACA JUGA :
Massa Mengamuk Tuntut Pemilukada Pemalang Dibatalkan
250 Orang Berjibaku Memadamkan Kebakaran Hutan
Asal Usul Nama Desa dan Pantai Widuri
Sekali pentas grup kesenian tradisional ebeg Nironggo Seto ini mendapat bayaran satu sampai tiga juta yang hasilnya itu dibagi pada 30 orang anggotanya dan tiap anggotanya mendapat Rp 30.000,- sampai Rp 50.000,-
Pria asli Gembyang ini menuturkan bahwa hal yang paling berkesan sampai sekarang yaitu saat mendapat kesempatan untuk mengikuti kontes seni budaya ditingkat kabupaten dan provinsi yang mengantarkannya menjadi juara satu.
“Iya dulu pernah juara satu dalam lomba kesenian di Pendopo Kabupaten, sampai kami juga dibawa oleh Dinas Pariwisata untuk mengikuti kontes seni budaya di tingkat provinsi. Alhamdulillah disitu kami juara satu lagi, hadiahnya waktu itu uang Rp5 juta,” Imbuhnya
Dia menambahkan, saat ikut kontes di Semarang segala kebutuhan ditanggung panitia, mulai dari transport, makan dan penginapan. Sampai saat itu Dinas Pariwisata Jawa Tengah pun menawarkan ebeg Nironggo Seto untuk tampil di Taman mini Jakarta tetapi mereka menolaknya dengan alas an tidak bisa meninggalkan sawah dan hewan ternak terlalu lama.
“Kami tidak mau tampil ke taman mini, soalnya nanti yang punya sawah dan ternak tidak ada yang mengurus kalau kita tinggal terlalu lama di Taman mini”. Tandasnya