Toraja, mediakita.co – Seko adalah salah satu daerah terisolir di Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Seko dikenal sebagai ‘Jantung Sulawesi’ karena berada tepat di bagian tengah Pulau Sulawesi. Namun dalam segala hal Seko sangat tertinggal dari daerah-daerah sekitarnya termasuk infrastuktur dan pendidikannya.
Karena sangat terisolir dari pusat ojek ke Seko disinyalir sebagai ojek termahal di Indonesia yang mencapai 750 rupah rupiah sekali jalan dari titik transportasi terdekat Kecamatan Sabbang. Sebelumnya perjalanan ke Seko bisa ditempuh berhari-hari namun setelah ada perintisan jalan yang dilakukan pemerintah waktu tempu tinggal 8-10 jam dengan kendaraan roda dua.
Kondisi inilah yang menggugah Gereja Toraja untuk turut membangun Seko melalui peningkatan sumber daya manusia. Selain menyelenggarakan Pendidikan melalui gereja Toraja yang ada di Seko, Gereja Toraja sejak 2020 menyelenggarakan bimbingan belajar (bimbel) gratis bagi siswa-siswa lulusan SMA yang berencana melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Namun karena minimnya fasilitas di Seko maka para siswa yang ingin mengikuti bimbel terpaksa harus ke Toraja. Perjalanan dari Seko ke Toraja memakan waktu sekitar 16 jam dengan rincian 8-10 jam dengan ojek dari Seko ke Masamba Ibukota Luwu Utara, kemudian melanjutkan perjalanan dari Masamba ke Toraja sekitar 6-8 jam.
Hendra salah satu peserta bimbel asal seko menuturkan bahwa perjalanan dari Seko memakan waktu satu hari, bermalam di Masamba lalu keesokan harinya melanjutkan perjalanan ke Toraja.
‘Kami dari Seko pagi dan tiba di Masamba sore, kami bermalam di Masamba lalu keesokan harinya melanjutkan perjalanan ke Toraja dengan mobil dan tiba di Toraja menjelang sore’ tutur Hendra ke mediakita.co
Hendara adalah peserta bimbel gelombang pertama yang diadakan tahun 2020 dan berhasil lolos masuk di Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar. Ia bersama sembilan rekannya dari SMA Negeri 13 Seko yang ikut bimbel yang diadakan Getor dan GMKI Komisariat FMIPA Unhas 2020 di Toraja.
Ika yang lolos di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo (Unhalu) mengungkapkan bahwa dirinya sangat bersyukur dengan adanya bimbel gratis tersebut. Meski ia harus menempu perjalanan yang panjang dan melelahkan menuju.
‘Saya dan teman-teman sangat bersyukur dapat bimbingan belajar gratis dari Gereja Toraja dan kakak-kakak GMKI’ tutur Ika. Ika dan seorang rekannya yaitu Icca berhasil masuk lolos di Unhalu melalui jalur SNPTN.
Sedangkan Yudianus yang berhasil lolos di Universitas Tadulako Palu menyampaikan juga menyampaikan hal yang sama. Yudianus mengungkapkan bahwa bimbel yang dilakukan sangat membantu dirinya karena pelajaran yang diterimanya di sekolah ternyata sangat kurang.
‘Bersyukur sekali dengan adanya bimbel ini, banyak sekali pelajaran yang kami peroleh di bimbel, belum kami dapatkan di sekolah’ ucap Yudianus
Yudi juga mengungkapkan bahwa awalnya ia bersama rekan-rekannya ragu dengan ajakan tersebut, ditambah dengan kepala sekolahnya yang tidak terlalu antusias mengizinkan mereka pergi. Namun adanya keinginan besar untuk memperoleh pengalaman baru, ia bersama sembilan rekannya berangkat ke Toraja didampingi oleh seorang guru mereka.
Pendeta Alfred Anggui dari Sinode Gereja Toraja menyampaikan bahwa kegiatan bimbel tersebut merupakan tindak lanjut dari Bible Camp yang diadakan dua tahun lalu di Seko. Dari kegiatan Bible Camp tersebut pihaknya melihat bahwa anak-anak yang putus sekolah di Seko lumayan besar. Hal tersebut terjadi karena masalah biaya dan kurangnya akses.
‘Kegiatan ini sebenarnya merupakan tindak lanjut dari kegiatan Bible Camp Remaja di Seko dua tahun lalu. Saat itu kita melihat, bahwa jumlah anak-anak yang tidak lanjut kuliah lumayan besar. Salah satu kendala ialah biaya study dan kurangnya akses, serta informasi tentang peluang mendapat beasiswa yang sesungguhnya sudah cukup banyak disiapkan oleh pemerintah. Wilayah Seko yang relatif masih terisolir dan tidak mudah beroleh akses informasi jelas jadi penyebab. Itulah sebabnya program Bimbingan Belajar ini diupayakan’ jelas Pendeta Alfred kepada mediakita.co
Menurut Pendeta Alfred mereka mengikuti bimbel secara intensif pagi dan sore selama satu bulan di Toraja dengan pengajar para mahasiswa yang bergabung dalam GMKI Komisariat FMIPA Unhas.
“Mereka belajar intensif pagi sampai malam selama sebulan. Mereka juga dibimbing dalam menentukan pilihan jurusan, bahkan hingga test di Makassar’ tutur Pendeta Alfred .
Menurut penuturan para peserta yang mengikuti bimbel bahwa semua biaya transportasi dari Masamba dan kebutuhan selama di Toraja serta biaya untuk mengikuti tes di Makassar ditanggung oleh Gereja Toraja.
Untuk menghadapi ujian masuk perguruan tinggi tahun ini, Gereja Toraja Kembali melakukan bimbel gelombang kedua dan belasan anak-anak asal Seko telah tiba di Rantepao Toraja Utara siap mengikuti bimbel.
‘Sejumlah siswa/anak-anak kita dari Seko tiba malam ini di Rantepao. Mereka akan ikut bimbingan belajar masuk ke PTN (Kerja sama Komisi PI dan rekan2 GMKI Komisariat FMIPA Unhas). Mohon doa buat anak2 kita’ info Pendeta Alfred disertai foto anak-anak dari Seko.
Pendeta Alfred juga menyampaikan bahwa selain anak-anak dari Seko, pihaknya juga telah menyampaikan informasi tentang adanya bimbel gratis tersebut kepada anak-anak yang ada di daerah-daerah terisolir dan terpencil di Toraja dan Luwu melalui jejaring gereja. Hal ini dilakukan Gereja Toraja sebagai wujud panggilannya untuk berbuah banyak bagi dunia dalam perbuatan-perbuatan yang memuliakan kemanusiaan sebagai ciptaan Tuhan. (Prb.mediakita.co)