Sosrokartono, Pemuda Jenius Penguasa 26 Bahasa (Bag.1)

Menghentikan Perang Dunia I

Tentunya kita tidak lagi heran dengan orang yang berbahasa Inggris dan Bahasa asing lain dengan lancar. Kita mafhum menyebutnya dengan Poliglot, atau orang yang menguasai banyak bahasa. Namun bagaimana jika, dia menguasai 26 bahasa sekaligus, itulah yang dimiliki R.M Sosrokartono, Mahasiswa Hindia (nama Indonesia sebelum merdeka) pertama di luar negeri, dan dengan kemampuan Poliglotnya, Sosrokartono memiliki andil dalam menghentikan perang dunia I. Sosrokartono pulalah yang disebut merintis Jurnalisme Perang.

Sosrokartono bernama lengkap Raden Mas Panji Sosrokartono, ia lahir pada 10 April 1877. Sosrokartono adalah anak dari Bupati Jepara, ia kakak kandung dari RA Kartini. Dan banyak dari pemikiran Kartini tentang kemajuan perempuan yang terhimpun dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang, amat banyak dipengaruhi oleh Kakaknya. Sosrokartono amat menyayangi adiknya, hingga kematian Kartini membuat Sosrokartono amat bersedih.

Sedari kecil, Sosrokartono sudah terlihat kejeniusanya. Pada tahun 1898 ia meneruskan pendidikan ke Belanda. Awalnya ia masuk ke Sosro awalnya masuk di sekolah Teknik Tinggi di Leiden. Tetapi merasa tidak cocok, sehingga pindah ke Jurusan Bahasa dan Kesusastraan Timur. Ia suka sekali mengirimkan buku kepada Kartini.

Pada tahun 1917, koran Amerika The New York Herald Tribune, di Kota Wina, ibu kota Austria, membuka lowongan kerja untuk posisi wartawan perang untuk meliput Perang Dunia I. Ia diterima setelah menyingkat-padatkan sebuah berita dalam bahasa Perancis menjadi 27 kata, dan harus ditulis dalam 4 bahasa yaitu Inggris, Spanyol, Rusia dan Perancis sendiri. Padahal rata rata pelamar hanyalah 30 kata.

Bacaan Lainnya

Supaya pekerjaannya lancar, dia juga diberi pangkat Mayor oleh Panglima Perang Amerika Serikat. RMP Sosrokartono seorang poliglot, konon ia menguasai 26 bahasa, sumber lain mengatakan ia menguasai 24 bahasa asing dan 10 bahasa suku di tanah Nusantara. Sebelum ia menjadi wartawan the New York Herald Tribune, ia bekerja sebagai penerjemah di Wina. Di Wina ia terkenal dengan julukan si jenius dari Timur.Di dalam buku ‘Untuk Negeriku’ Muhammad Hatta diceritakan kalau RMP Sosrokartono mendapat gaji 1250 Dollar dari surat kabar Amerika. Dengan gaji sebesar itu ia dapat hidup mewah di Eropa.

Sebelum Perang Dunia I berakhir, pada bulan November 1918, RMP Sosrokartono terpilih oleh blok Sekutu menjadi penerjemah tunggal, karena ia satu-satunya pelamar yang memenuhi syarat-syarat mereka yaitu ahli bahasa dan budaya di Eropa dan juga bukan bangsa Eropa. Muhammad Hatta menyebutkan RMP Sosrokartono juga menguasai bahasa Basque, greek (yunani), dam bahasa latin.

Ketika Perang Dunia I menjelang akhir, diadakan perundingan perdamaian rahasia antara pihak yang bertikai. Pihak-pihak yang berunding naik kereta api yang kemudian berhenti di hutan Compaigne di Perancis Selatan. Di dalam kereta api, pihak yang bertikai melakukan perundingan perdamaian rahasia. Di sekitar tempat perundingan telah dijaga ketat oleh tentara dan tidak sembarangan orang apalagi wartawan boleh mendekati tempat perundingan dalam radius 1 km. Semua hasil perundingan perdamaian rahasia tidak boleh disiarkan.

Dalam Sejarah Dunia, Perundingan Perdamaian Perang Dunia ke I yang resmi berlangsung di kota Versailles, di Perancis. Koran Amerika The New York Herald Tribune, berhasil memuat hasil perundingan rahasia tersebut disaat informasi sulit diakses. Penulisnya ‘anonim’, hanya menggunakan kode pengenal ‘Bintang Tiga’. Kode tersebut di kalangan wartawan Perang Dunia ke I dikenal sebagai kode dari wartawan perang RMP Sosrokartono. Konon tulisan itu menggemparkan Amerika dan juga Eropa.

Namun masih menjadi misteri, apakah kemudian Sosrokartono bisa masuk dalam Perundingan tersebut. Dikarenakan penjagaan yang super ketat. Ada kemungkinan, Sosrokartono ikut dalam perundingan tersebut, dan berperan sebagai penerjemah diantra kedua kubu.

Pada Tahun 1919 didirikan Liga Bangsa-Bangsa (League of Nations,- cikal bakal dari PBB) atas prakarsa Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson. Dari tahun 1919 sampai 1921, RMP Sosrokartono, anak Bumiputra, mampu menjabat sebagai Kepala penerjemah untuk semua bahasa yang digunakan di Liga Bangsa-Bangsa.

Bahkan dia berhasil mengalahkan poliglot-poliglot dari Eropa dan Amerika sehingga meraih jabatan tersebut. Liga Bangsa-Bangsa kemudian berubah nama menjadi Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Organization) pada tahun 1921.

Tahun 1919 RMP Sosrokartono juga diangkat menjadi Atase Kebudayaan di Kedutaan Besar Perancis di Belanda. Setalah selesai di Jenewa, ia pergi ke Paris untuk belajar Psychometrie dan Psychotecniek di sebuah perguruan tinggi di kota itu. Namun, Sosrokartono gagal, sebab di Perguruan Tinggi tersebut secara khusus hanya disediakan untuk mahasiswa-mahasiswa lulusan medisch dokter.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.