Tenun Sarung Goyor, Perajin Rata-Rata Hanya Buruh

Tenun Sarung Goyor, Perajin Rata-Rata Hanya Buruh
Tenun Sarung Goyor, Perajin Rata-Rata Hanya Buruh

PEMALANG, Mediakita.co, Sarung tenun memang terdapat di daerah seluruh indonesia. Mulai dari sarung tenun goyor, sarung tenun khas bali, sarung sutera bugis, sarung tenun sutra samarinda, sarung khas suku batak ( Sarung Ulos ), Sarung khas gresik dan lain sebagainya. Tapi kali ini tim mediakita.co menelusuri pembuatan Sarung Goyor Khas Pemalang, tepatnya di Kelurahan Beji, Lor dampar (3/12/2016)

Sarung goyor atau biasa di sebut sarung toldem merupakan kain sarung yang dibuat oleh para pengrajin sarung asal Pemalang, Jawa-Tengah. Sarung ini dibuat dengan cara tradisional atau biasa disebut “tenun”. Pembuatan kain sarung biasanya menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin ( ATBM ).

Sarung ini memiliki kelebihan dari sarung lainnya, seperti terasa adem saat dipakai di cuaca panas dan terasa hangat dicuaca dingin, tidak bau dan mempunyai banyak pilihan motif untuk pilihan pelanggan.

Awalnya sarung goyor ini berproduksi di Desa Wanarejan Utara, Kecamatan Taman yang kemudian berkembang ke beberapa daerah sekitar.  Menurut salah seorang pemilik di tenun, Rameon ( 48 ), Warga Rt 02 / RW 03, Desa Beji lor dampar, mengatakan bahwa penghasilan dari usahanya cukup untuk memenuhi kebutuhannya.

“Dari hasil sarung tenun lumayan mas, karena sarung tenun ini tidak hanya dijual di pemalang saja tapi juga di eksport ke Daerah Timur Tengah seperti Arab, Mesir, Pakistan dan lain-lain”. Ujar nya.

Bacaan Lainnya

Ia menjelaskan, harga sarung tenun Goyor ini relatif lebih mahal dari sarung biasanya. Harga dipatok mulai dari Rp. 200.000  hingga Rp. 350.000. Hal itu disebabkan karena proses pembuatannya cukup rumit mulai dari menggambar pola sarung, proses mbaki ( mengikat pola gambar ),  mreteli ( melepaskan benang ), proses nglerek benang ( untuk menjadi pakan / bahan dasar motif sarung ), hingga proses penenunan dan semuanya dilakukan secara tradisional.

Namun demikian, menurutnya kebanyakan perajin tenun di wilayahnya hanya sebagai buruh. Mereka hanya mendapat ongkos secara borongan dari para pemilik modal.

Harga yang diberikan oleh pemilik sarung tergantung sarung apa yang ditenunnya “ tergantung sarungnya mas, dari yang kasaran atau werengan. Untuk sarung kasaran sekitar Rp. 45.000 dan untuk werengan Rp. 50.000 untuk persarungnya, ” kata Rameon

Hal senada di sampaikan Tomeh ( 26 ) lelaki asli dusun 2 atau Gom 2, Desa Beji. Ia mengaku pendapatannya sebagai pekerja dihitung menggunakan hitungan sarung.  Selama dia menenun, dalam satu minggu biasanya bisa mendapatkan 7-10 sarung tiap minggunya.

“saya kalau menenun dalam seminggu biasanya bisa nyampe 7-10 sarung mas, tergantung mood saya” akunya, menjelaskan.

Menurutnya, selain rumit pengerjaannya, juga banyak kendala saat proses pengerjaannya. “ kendala yang sering dihadapi seperti benang putus,ruwed, pakane ( bahan dasar motif ) habis dan lain-lain” kisahnya.

Ditulis oleh : Fatah H

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.