ajibpol
NASIONAL

Terungkap, Dokter Residen Anestesi Undip Sehari Tangani 120 Pasien

SEMARANG, mediakita.co- Seorang dokter residen anestesi  Universitas Diponegoro (Undip) Semarang yang memilih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri terus menuai menuai simpati pengguna media sosial. Diduga, mahasiswa PPDS Anestesi Undip bernama Aulia Risma Lestari ini menjadi korban bullying dari seniornya.

Di Platform media sosial X misalnya, warga pengguna menggalang dukungan moril kepada almarhum dengan membuat tagar kata kunci  Dokter dan UNDIP. Hasilnya, kata kunci Dokter dan UNDIP berhasil menjadi trending topik Indonesia.

Dilihat mediakita.co selama 24 jam, kata kunci Dokter telah di posts pengguna media sosial X sebanyak 82.5 K. Menyusul kata kunci UNDIP dengan raihan percakapan mencapai 74 K, posts, Jumat (16/08/24), pukul 23.30 WIB.

Beban Tugas

Dalam forum pengguna media  ini, sejumlah fakta yang menjadi horor tugas dan kerja peserta didik PPDS Anestesi Undip dibongkar.  Akun X bernama Jo @/bambangsuling11 menyampaikan sejumlah fakta beban tugas berat di RS Kariadi,  tempat almarhum dokter Aulia Risma Lestari menjalankan studi spesialisnya.

“Ada rekan kita yang juga sedang ambil PPDS Anestesi Undip berani speak up di DM. Begini yang harus mereka jalani setiap hari,” kata Jo, @/bambangsuling11.

 

Baca Juga :  RSUD dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang Jadi Rujukan Pemeriksa Covid-19 Gunakan Mesin TB-TCM

Malam, Pak… Izin memberi masukan. Beban kerja PPDS Anestesi di RS Kariadi terlalu berat. Jam kerja “normal” tanpa giliran jaga adalah : 18 jam/hari. Masuk jam 6 pagi, pulang jam 12malam.

“Kalau bisa pulang jam 11 malam artinya pulang cepat. Tidak jarang harus pulang jam 2 atau 3 pagi.

Hari berikutnya sudah harus standby lagi jam 6 pagi di RS. Ini berlangsung terus menerus selama masa studi 5 tahun,” tambahnya.

Jika dapat giliran jaga, maka minimal 24 jam dan dapat prolonged hingga 5-6 hari tidak bisa pulang dari RS. Dikarenakan PPDS harus melanjutlkan operasi yang terus sambung menyambung melebihi giliran jaganya.

“Jumlah operasi di RS. Kariadi sangat tinggi, bisa 120 pasien/hari. Sedangkan semua beban kerja bius pasien dilakukan oleh PPDS.

Lamanya jam kerja yang terus menerus ini tidak pernah dianggap tidak wajar, selama ini bahkan dianggap sebagai “keunggulan” UNDIP dibandingkan Univ lainnya, dimana residen dianggap bisa dapat kesempatan praktik lebih luas.

Usulan

Mohon izin memberi masukan dan memohon arahan bapak agar dilakukan :

  1. Audit menyeluruh, untuk mencegah korban PPDS lainnya
  2. Menambah dokter anastesi dan memastikan mereka benar-benar turun tangan menangani pasien agar beban kerja bius pasien tidak hanya ditanggung PPDS dan menjaga keselamatan pasien juga.
Baca Juga :  Soal Kebakaran Gedung Kejaksaan Agung, Menkopolhukam: Pemerintah Tak Bisa Lagi Berbohong

“Terima kasih tak terhingga untuk bantuan dan doanya rekan2 semua Kita mungkin tidak kenal korban, tapi saya rasa kita sama2 sepakat kirim doa terbaik untuk korban. Sedangkan untuk para pembully, semoga segera terungkap dan dihukum setimpal. Sekali lagi matur nuwun rekan-rekan,” ungkapnya.

 

Artikel Lainnya