Tradisi Nyadran dan Sejarah Ritualnya Bagi Masyarakat Jawa, Ini 3 Hal yang Dilakukan

Tradisi Nyadran dan Sejarah Ritualnya Bagi Masyarakat Jawa, Ini 3 Hal yang Dilakukan
Kegiatan Nyadran. Foto Ilustrasi : Antaranews.com

BUDAYA, mediakita.co- Bagi masyarakat Jawa, secara turun temurun masih berlaku tradisi nyadran. Tradisi nyadran digelar menjelang datangnya bulan puasa (ramadhan). Dalam kalender Hijriyah, nyadran dilakukan pada bulan Sya’ban. Penanggalan Jawa jatuh pada bulan Ruwah.

Ada serangkaian kegiatan ritual yang dilakukan dalam tradisi nyadran. Tradisi ini, menurut filosofinya termasuk tentang menjaga citra keleluhuran budi.

Dikutip dari wikipedia.org, nyadran adalah serangkaian upacara yang dilakukan oleh masyarakat jawa, terutama Jawa Tengah. Nyadran berasal dari bahasa Sansekerta, sraddha yang artinya keyakinan.

Dalam bahasa Jawa, nyadran berasal dari kata sadran yang artinya ruwah ruwah syakban. Karena nyadran dilaksanakan selama hari ke-10 bulan Rajab, atau saat datangnya bulan Syaban .

Secara garis besar, ada 3 kegiatan pokok dalam peringatan tradisi Nyadran atau Ruwahan, yakni :

Bacaan Lainnya
  1. Menggelar acara slametan (kenduri), dengan pembacaan tahlil dan doa bagi leluhur. Kegiatan ini diakhiri dengan makan bersama. Sebagaian masyarakat, melakukannya dengan saling berkirim makanan.
  2. Bersih Kubur (makam), yakni kegiatan merawat dan membersihkan makam leluhur. Kegiaatan ini dilakukan dengan berbagai bentuk. Dari memugar makam hingga sekedar melakukan perbaikan dan perawatan.
  3. Ziarah kubur, yakni kegiatan mengunjungi dan tabur bunga di makam dan mendoakan leluhur dan kerabat yang telah meninggal. Ada bakar kemenyan untuk menciptakan bau wangi. Kegiatan ini dilakukan makam. Leluhur.

Dalam ziarah kubur tradisi ini, masyarakat Jawa selalu membawa bunga telasih. Bunga ini sebagai lambang (simbol) adanya pola hubungan yang manunggal (menyatu) antara peziarah dengan arwah yang diziarahi.

Pos terkait