JAKARTA, mediakita.co- Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indoneaia (DPR RI) adakan seminar lterasi digital. Tema yang dibahas adalah ‘Transformasi Media di Era Digital.’
Seminar literasi digital, menghadirkan empat narasumber, yaitu Fadli Zon, Anggota Komisi I DPR RI, narasumber keduaSemuel Abrijani Pangerapan, Dirjen Aplikasi Informatika (APTIKA) Kemenkominfo. Narasumber lain adalah Jajang Yanuar Habib selaku praktisi media.
Seminar diselenggarakan pada hari Rabu (8/6/2022). Dengan menggunakan Zoom Meeting.
Seminar literasi digital merupakan inisiasi yang di dukung oleh Kemenkominfo terhadap program literasi digital yang melibatkan berbagai elemen masyarakat. Seminar ini memiliki tujuan, diantaranya yakni untuk mendorong masyarakat agar mengoptimalkan pemanfaatan internet sebagai sarana edukasi dan bisnis, memberdayakan masyarakat agar dapat memilah dan memilih informasi yang dibutuhkan dan bermanfaat, memberikan informasi yang lengkap kepada masyarakat terkait pembangunan Infrastruktur TIK yang dilakukan oleh Pemerintah khususnya oleh Ditjen APTIKA. Serta mewujudkan jaringan informasi serta media komunikasi dua arah antara masyarakat dengan masyarakat maupun dengan pihak lainnya.
Seminar terdiri dari beberapa sesi, yaitu sesi pembukaan, pemaparan materi, sesi tanya jawab, dan sesi penutup.
Sesi pemaparan diawali oleh pengantar dari Fadli Zon dalam paparanya menyampaikan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan pengguna media sosial terbesar. Pemanfaatan internet saat ini sudah merambah ke semua sektor kehidupan mulai dari bidang ekonomi, keuangan, dan komunikasi.
Media sebagai salah satu pilar demokrasi dituntut adaptif dan transformatif pada era berbasis teknologi digital.
Internet tidak hanya menyebabkan institusi media massa tradisional seperti surat kabar melakukan konvergensi, baik secara teknologi maupun medium, dalam proses produksi berita, melainkan juga sudah melibatkan khalayak yang selama ini diposisikan secara pasif sebagai konsumen.
Media massa tentunya dituntut berinovasi melakukan transformasi digital dan memahami kebutuhan pasar dengan memproduksi berita sesuai dengan target pasar dan platform media. Sejak kehadiran internet, media cetak (surat kabar, majalah, tabloid) dan media elektronik (radio, televisi, film) sering dikategorikan media konvensional, karena pesan yang disampaikan adalah one to many (satu untuk semua).
Sedangkan internet yang sifatnya interaktif dikategorikan dalam media baru karena mampu menyampaikan pesan from many to many (milis). Tantangan media massa dalam disrupsi digitalisasi harus dilihat sebagai suatu peluang dalam menyebarkan informasi dengan inovasi baru dan ide-ide kreatif untuk tetap mempertahankan eksistensi industri media massa.
Terlebih di masa-masa sulit seperti sekarang ini, fungsi pers sebagai katalis penjernih menjadi semakin diperlukan. Produk jurnalistik pers diharapkan tidak hanya menyediakan informasi, tetapi juga mampu menggambarkan duduk perkaranya (insight) serta memberi gambaran untuk langkah ke depan (foresight).
Dalam sambutannya Semuel Abrijani Pangerapan menyampaikan bahwa, sebagaimana yang telah diketahui bersama, dampak pandemi dan pesatnya teknologi telah mengubah cara kita beraktivitas dan bekerja. Kehadiran teknologi sebagai bagian dari kehidupan masyarakat inilah yang semakin mempertegaskan kita sedang menghadapi era disubsi teknologi.
Untuk mengahadapi hal tersebut, kita semua harus mempercepat kerjasama kita dalam mewujudkan agenda trasnformasi digital Indonesia. Bersama-sama wujudkan cita-cita bangsa Indonesia dengan menjadikan masyarakat madani berbasis teknologi.
Kemampuan yang kita miliki serta keunggulan yang terus dijaga akan membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang hebat dan besar, serta menjadi unggul dalam segi sumber daya manusia.
Praktisi media Jajang Yanuar Habib, menjelaskan, bahwa dunia saat ini dioperasikan oleh kekuatan informasi, teknologi internet mendukung kemungkinan siapapun dapat terjun ke industri media. Dengan kata lain siapapun dapat menguasai dunia. Dalam era keterbukaan informasi, media menjadi salah satu basis material yang dapat melahirkan gagasan baru.
Lebih lanjut Jajang memyampaikan bahwa proses media dalam membentuk gagasan turut menentukan the power of agenda setting serta media merupakan rujukan masyarakat mengenai agenda hidup, baik publik maupun personal.
Sekarang ini, media online dibagi menjadi tiga formasi, yang pertama media mainstream yaitu media dengan nama besar bahkan transformasi digital dari versi cetak pada masa sebelumnya. Kedua media abal-abal, yaitu media yang memproduksi konten secara acak dan memiliki ekses negatif konten hoaks.
Terakhir, Start-Up Media yaitu media yang dibangun dengan suatu ide orisinal. Media merupakan alat penyebaran demokrasi ke seluruh dunia. Dan seperti Indonesia yang katanya baru merasakan ekspresi kebebasan setelah Reformasi merasa memiliki dalil pembenar dengan masifnya media online.
Setelah paparan materi dari ketiga narasumber, moderator membuka sesi tanya jawab. Para peserta sangat antusias dalam memberikan pertanyaan.