Mediakita.co -Nilai tukar rupiah masih melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Sudah hampir dua bulan ini posisi dolar AS setara dengan masa krisis moneter 1998. Dolar AS di kisaran Rp 13.466 pada pembukaan pasar kemarin.
Sepert dilansir dari detik.com, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menilai posisi rupiah terhadap dolar AS tersebut tetap menjadi perhatian pemerintah. Diharapkan Bank Indonesia (BI) bisa menjaga pada posisi yang relatif aman.
“Ya kita selalu waspada. Salah satu daya tahan ekonomi kita kan rupiah. kita harapkan BI juga menjaga kurs rupiah ke level yang aman,” ungkap Bambang di Gedung Djuanda, Kemenkeu, Jakarta, Senin (27/7).
Nilai tukar rupiah memang sudah bergerak cukup jauh dari asumsi yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) perubahan 2015. Dolar AS awalnya dipatok Rp 12.500.
“Yang penting rupiah jangan terlalu undervalue dan overvalue,” sebutnya.
Terjadinya pelemahan rupiah karena sinyal dari Bank Sentral AS The Fed yang akan menaikan suku bunga dalam waktu dekat. Sehingga rupiah dan mata uang negara lain melemah terhadap dolar AS.
“Rupiah terkena tekanan, semua mata uang sebenernya karena ada sinyal Fed akan naikan Fed Rate sebelum akhir tahun. Itu yang dijadikan spekulasi oleh para inevstor mata uang. Tapi kalau kita lihat rupiah terhadap euro dan dolar Australia menguat. Ini karena dolar AS-nya dijadikan save haven,” papar Bambang.