ajibpol
NASIONALPERISTIWAPOLITIK

Dalam 1 Menit 19 Cuitan Fadli Zon Soal BBM Di Twitternya, Dari Nagih Janji Presiden, Turunkan Harga, hingga Kritik Soal Cashback Bagi Ojol

Nasional, mediakita.coAnggota DPR RI dari Partai Gerindra Fadli Zon tak henti – hentinya melontarkan kritik untuk pemerintahan Presiden Joko Widodo. Meski Ketua Umumnya menjabat sebagai Menhan dan partainya berkoalisi dengan pemerintah namun ia selalu beroposisi mengkritisi pemerintah.

Hari ini (20/04/2020) menyoal beberapa hal antara lain, PSBB, KRL, Luhut Panjaitan, penanganan corona, BBM, dll.

Dari semua hal tersebut yang paling banyak menarik perhatian pria berkaca mata tersebut adalah soal harga BBM. Terhitung ada 19 twitt langsung di akun twitternya https://twitter.com/fadlizon. Fadli memulai cuitannya dengan menagih Presiden Jokowi memenuhi janjinya menurunkan harga BBM. Selain itu ia juga menilai harga BBM saat ini tinggi dibandingkan dengan harga di negara – negara lain. Fadli juga menyoal cashback untuk para ojol yang dianggapnya diskriminatif dan tidak adil. Berikut cuita lengkap pria berkaca mata tersebut  diakun twitternya.

Sebulan lalu, atau 18 Maret 2020, Presiden @jokowi berjanji akan menurunkan harga BBM sebagai imbas terus anjloknya harga minyak dunia ke level US$30 per barel. Namun, hingga hari ini, janji tersebut belum juga dipenuhi.

Tetap tingginya harga jual BBM di Indonesia pada saat harga minyak dunia sedang anjlok memang mengherankan. Apalagi, saat ini harga minyak dunia berada dalam level terendah sejak 18 tahun terakhir.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei jatuh ke level US$24,88 per barel. Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April anjlok menjadi US$20,37 per barel.

Minyak Brent merosot lebih dari 50 persen dalam 10 hari terakhir. Dengan penurunan-penurunan tersebut, mestinya harga BBM telah turun jauh dari posisi harga saat ini, yg terakhir kali ditetapkan pada 5 Januari 2020.

Baca Juga :  Lagi-lagi! Fadli Zon Kembali Mendesak Menteri Agama

Sebagai perbandingan, saat ini Malaysia menjual Ron 95 (setara Pertamax Turbo) seharga RM1,25, atau setara dengan Rp4.500 per liter. Padahal, di Jakarta, harga Pertamax Turbo saat ini adalah Rp9.850. Ini kan gila-gilaan selisihnya. Siapa yg ambil keuntungan?

Sebagai catatan, asumsi harga minyak yg ditetapkan dalam APBN 2020 adalah US$63 per barel. Artinya, kalau harga minyak mentah hari ini kita anggap US$30 per barel saja, maka penurunannya sudah sekitar 52 persen dari asumsi harga yang dipatok APBN.

Memang, dalam komponen penentuan harga BBM juga ada faktor nilai tukar. Dalam APBN 2020, kurs dollar diasumsikan Rp14.400/USD. Sedangkan, per hari ini nilainya Rp15.400.

Jadi, kurs melemah sekitar 6 persen dari asumsi. Dari selisih antara asumsi harga minyak mentah dengan kurs tersebut, harga BBM sebenarnya bisa turun 35 persen hingga 40 persen.

Kenapa kemarin @pertamina, misalnya, berani memberikan iming-iming ‘cashback’ hingga 50 persen kepada para pengemudi ojek online? Karena harga BBM mestinya memang sudah turun cukup besar hari ini!

Kebijakan hanya pada ojek online justru diskriminatif terhadap konsumen lain termasuk mereka yg membutuhkan.

Di tengah ancaman krisis ekonomi besar, yang oleh IMF disebut sebagai “The Great Lockdown”, penurunan harga BBM sebenarnya bisa jadi stimulus ekonomi.

Penurunan tersebut akan membantu daya beli masyarakat yg sejauh ini sudah tergerus. Penurunan itu juga akan membantu menekan ongkos logistik.

Sayangnya, bukannya menjadikan harga BBM sebagai instrumen meringankan beban ekonomi masyarakat, Pemerintah malah menjadikan momen anjloknya harga minyak ini sebagai jalan untuk mengeruk keuntungan.

Pada 28 Feb 2020 lalu, Menteri ESDM telah mengeluarkan Kepmen ESDM No. 62. K/12/MEM/2020 yg mengubah formula harga jual BBM. Kebijakan ini yg membuat harga BBM kita tetap bertengger di level mahal, meskipun harga minyak mentah sbnrnya sdg anjlok. Ini kan kebijakan akal-akalan sj.

Baca Juga :  Duh, Putin Sebut Sanksi Barat Mirip dengan Deklarasi Perang ?

Sebagai catatan, kebijakan perubahan formula ini dilakukan kurang dari satu semester dari formula sebelumnya yang ditetapkan pada Oktober 2019 lalu.

Kalau sy cermati, formula penentuan harga BBM ini memang kerap berubah-ubah. Tahun lalu saja, perubahannya terjadi sebanyak dua kali.

Bisa dibayangkan, komoditas strategis seperti BBM ini regulasi harganya diatur melalui formula yg berubah terus-menerus, sesuai selera yg tak jelas arahnya. Kok bisa Pemerintah mengakali rakyatnya begitu?

Sy kira, ke depan perlu dipikirkan agar formula penentuan harga BBM ditetapkan di dalam undang-undang, bukan oleh Keputusan Menteri. Agar soal-soal penting semacam ini tak diatur seenak perut penguasa.

Jika Presiden @jokowi memang pro rakyat, maka ia seharusnya segera menegur Menteri ESDM agar mengubah kembali formula harga BBM. Biarkan rakyat menikmati harga BBM murah di tengah kesulitan lain yg kini tengah menghimpit mereka.

Jangan sampai, kalau harga minyak dunia melambung tinggi, kerugiannya segera dibebankan kepada konsumen. Namun, kalau harga minyak anjlok, keuntungannya dinikmati korporasi dan Pemerintah sendirian. Maka seharusnya turunkan harga BBM sekarang juga!

Artikel Lainnya