JAKARTA, mediakita.co- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua terkontraksi sebesar minus 5,32%. Menurutnya, pemerintah kini tengah berupaya agar perekonimian negara tidak memasuki jurang resesi.
“Resesi itu artinya kalau minimal dua kuartal berturut-turut pertumbuhannya secara year-on-year nya negatif. Kita sudah mengalami di kuartal kedua -5,32%,” kata Sri Mulyani, Selasa (18/8/2020).
Menurut Sri Mulyani, untuk menjaga agar pada kuartal ke tiga tidak negatif maka seluruh kontribusi pertumbuhan ekonomi harus diupayakan agar bisa tumbuh kembali.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada periode bulan April-Juni 2020 mengalami kontraksi sebesar (minus) -5,32% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu (year on year/yoy).
Adapun dibandingkan kuartal sebelumnya, PDB kuartal II-2020 mengalami kontraksi (minus) -4,19%.
Angka output perekonomian atau PDB Indonesia pada periode kuartal II-2020 ini telah di umumkan BPS. Sumber data BPS menyatakan data ekonomi Indonesia mengalami kontraksi atau lazim disebut dengan pertumbuhan negatif.
Untuk itu, belanja negara pemerintah akan terus dipacu realisasinya agar daya beli dan konsumsi masyarakat bisa kembali pulih.
“Kita berharap dalam dunia usaha serta UMKM, dengan penempatan dana pemerintah di dalam perbankan bisa mendorong kembalinya kredit modal kerja, baik di perusahaan-perusahaan utama yang labor intensif, dan juga dari UMKM,” paparnya.
Semua itu menurut Sri Mulyani, dilakukan pemerintah melalui kebijakan agar dunia usaha di sektor investasi dan kegiatan ekonomi masyarakat serta kegiatan konsumsi masyarakat bisa kembali pulih.