ajibpol
DAERAH

Ketua Pemuda Bastem Sebut Wilayah Bastem Hanyalah ‘Anak Tiri’ dan Komoditas Politik Pemerintah Luwu

Bastem, mediakita.co – Kondisi Wilayah Adat Basse Sangtempe (Bastem) yang meliputi Kecamatan Bastem, Latimojong dan Bastem Utara hingga kini masih sangat tertinggal dan tertinggal dari semua kecamatan yang ada di Kabupaten Luwu. Artinya Indeks Membangun Desanya (IMD) berada di bawah 0,599 yang artinya hampir tidak ada kemajuan.

Berdasarkan Data Kementerian Desa RI, dari tiga puluh enam desa yang ada di wilayah Bastem tak ada satupun yang berstatus berkembang ataupun maju. Padahal sejak 2016 telah memperoleh dana desa miliaran rupiah demikian dengan PMPN Mandiri.

Kecamatan Bastem adalah salah satu kecamatan tertua di Kabupaten Luwu yang berdiri pada tahun 1963 setelah berpisah dengan Tana Toraja. Bastem ditetapkan menjadi sebuah kecamatan berdasarkan SK DPRD Gotong Royong Dati II Luwu No. 44/DPRGR/1963 tanggal 30 September 1963. Lalu tahun 2001 dan 2012 dimekarkan lagi sehingga menjadi tiga kecamatan yaitu Bastem. Latimojong, dan Bastura.

Kondisi Bastem yang masih sangat memperhatikan hingga kini, memantik komentar dan kritik pedas Ketua Pemuda Bastem Jayapura Yonas Randan Bua, MH. Menurut Yonas Bastem itu hanya seperti anak tiri pemerintah Luwu, yang tidak pernah serius diurus. Pria kelahiran Bastem tersebut juga mencurigai Bastem selama ini hanyalah sapi perahan sebagai alibi memperoleh bantuan-bantuan dari pusat dan propinsi.

Baca Juga :  Melonjak 1.241 orang, Total 34.316 orang, Tertinggi Sepanjang Pandemi, Ini Update Data 4 Provinsi Tertinggi

‘Dari dahulu kala Bastem itu hanyalah anak tiri dari pemerintah Luwu dan tidak pernah serius dibangun. Saya pun curiga jangan-jangan tiga kecamatan di Bastem itu hanyalah sapi perahan para pejabat pemerintahan sebagai alibi untuk memperoleh bantuan dari pusat dan propinsi tapi tidak sampai kepada masyarakat’ ungkap Yonas kepada mediakita.co

Pria yang merasakan pahitnya hidup di Bastem tersebut juga menilai bahwa Bastem sepertinya hanyalah bahan politisasi para calon-calon kepala daerah yang setiap kali akan bertarung mendapatkan kursi di Luwu. Pasalnya menurut Yonas para calon kepala daerah di Luwu acapkali hanya bermanis-manis bahkan tak segan-segan mengaku orang Bastem setiap kali kontestasi politik tiba. Namun setelah mereka terpilih lupa dengan janji-janji mereka.

‘Bastem itu hanya jadi komoditas politik saja untuk melanggengkan kekuasaan. Setiap pilkada datang para kontestas datang ‘ma’lonyok-lonyok’ bahkan kadang-kadang mereka mengaku sebagai orang Bastem. Ada yang berjanji akan mengaspal jalan 5 KM pertahun, membangun sekolah, meningkatkan ekonomi dan lain-lain tapi setelah terpilih mereka pura-pura lupa’ ungkap Yonas lagi dengan sedikit kesal.

Baca Juga :  Tak Terbayangkan, Akhirnya Bupati Lutra Resmikan Pengoperasian Bus DAMRI Jurusan Masamba-Rongkong

Seperti mayoritas masyarakat Bastem Yonas berharap pemerintah serius mengembangkan Bastem karena memiliki banyak sekali potensi. Bahkan menurutnya Bastem bisa bersaing dengan wilayah-wilayah di Toraja dari segi pariwisata alam dan budaya, hasil alam seperti seperti kopi, cengkeh, dll. (prb/mediakita.co)

 

 

 

Artikel Lainnya