PEMALANG, mediakita.co- Tumbangnya pohon beringin didepan kantor Sekretariat Daerah (Setda) atau sebelah barat Kantor Bupati Pemalang terus menuai polemik. Pasalnya, pohon beringin diduga berusia puluhan tahun itu roboh disaat tidak ada angin maupun hujan.
Di Jumat pon tanggal 27 Mei 2022 sore itu, cuaca di Pemalang sedang baik-baik saja. Senja sore itu, langit menyelendang biru bersama angin yang mengantar matahari terbenam. Pohon beringin yang tingginya mencapai lebih dari 6 meter itu roboh. Sesaat kemudian, langit lalu gelap dalam dekapan malam.
Sepanjang sore hingga malam setelah pohon beringin pelataran Kabupaten Pemalang tumbang, ditengah masyarakat masih terus menjadi perbincangan yang cukup hangat. Baik obrolan warung kopi hingga diberbagai platform media sosial.
Perbincangan robohnya pohon beringin Pendopo Kabupaten Pemalang itu karena dikaitkan dengan berbagai mitos. Mayoritas warga mengaitkan dengan mitos tentang penanda buruk. Apalagi, sumber petugas BPBD menyebut pohon beringin itu begitu susah saat dipotong.
“Semoga tidak terjadi apa-apa. Hanya saja, pohon beringin memiliki pesan simbolik yang digali dari sifat-sifat yang dihubungkan dengan kebesaran kerajaan,” kata Ki Dipa Taruna, kepada mediakita.co, Jumat (27/05/2022).
Pesan Simbolik
Menurutnya, pohon beringin dengan karakter batang pohonnya akar, ukurannya besar, tumbuh di segala musim, berumur panjang, dan akar-akarnya dalam dan kuat mencengkram tanah, maka dalam kondisi normal tidak mungkin tumbang. Kendati pihak BPBD Pemalang mengklaim tumbangnya pohon beringin itu karena faktor usia dan akarnya dimakan rayap.
“Jadi, bukan soal usia dan rayap, tetapi pasti ada satu rahasia dibalik peristiwa ini. Ada pesan simbolik selanjutnya yang harus dipahami bahwa daun pohon beringin itu kecil-kecil tapi rimbun. Itu simbol dari pohon beringin yang memberi keteduhan. Memberi oksigen yang sehat dan memberi rasa nyaman bagi yang berteduh di bawahnya,” tambahnya.
Menurut cerita, pohon beringin itu berasal dari para dewa yang diberikan kepada Sri Rama ketika dinobatkan sebagai Raja Kerajaan Ayodya. Sri Rama yang merupakan titisan Wisnu, menanam pohon beringin kembar di tengah-tengah alun-alun Kerajaan Ayodya.
Mitos
Sejak saat itu, dimulailah tradisi menanam pohon beringin kembar di alun-alun keraton para raja Jawa. Oleh karenanya, alun-alun dan keraton bukan saja sebagai pusat pemerintahan, politik, dan kebudayaan saja. Lebih dari itu, sebagai pusat spiritual atau pusat kekuatan mistik.
Pohon beringin kembar didepan keraton atau pendopo, disebut Dewa Daru dan Jaya Daru. Simbol dari pohon kejayaan atau pohon kemenangan
Pohon beringin yang roboh ini oleh sebagian masyarakat dipercaya sebagai pertanda akan adanya kejadian yang tidak menyenangkan. Contohnya, ketika beberapa puluh tahun yang lalu terjadi kebakaran di salah satu pohon beringin keraton Jogjakarta. Selang 4 tahun kemudian, Indonesia mengalami serangan mendadak G30S/PKI.
Contoh lain adalah saat meninggalnya Sultan Hamengku Buwono IX. Saat itu, tiba-tiba salah satu pohon beringin roboh tanpa sebab. Hal ini tentunya menjadi kehawatiran tersendiri bagi masyarakat Pemalang.
Oleh : Arief Syaefudin