ajibpol
POLITIK

Merinding dan Mengharukan, 5 Pemuisi Pelajar menghipnotis Pengunjung Wungon

PEMALANG, mediakita.co- Teriakan kata-kata merdeka 5 perempuan dimalam itu, seperti memecah keheningan. Telapak kakinya yang mungil, berlarian diantara kelibat kain putih yang ada ditangannya. Gerakanya mengombak seperti warna riak air laut.  Seketika itu, membentang dan memutih diatas aspal hitam halaman Pendopo Kabupaten Pemalang.

Bersamaan dengan itu, 2 perempuan berdiri diatas kain putih. 3 perempuan lainnya memegang sudut-sudut kainnya sambil berjongkok. Dan seperti merangkak dengan kepaIa menunduk. Matanya tajam seperti memandang ke atas tanah.

” Di atas bumi yang dicintainya.Tiada kuasa lagi menegak, Telah ia lepaskan dengan gemilang. Pelor terakhir dari bedilnya, Ke dada musuh yang merebut kotanya,” teriak Mutmarohah, siswi SMA negeri 1 Moga, yang mengawali pembacaan puisi WS. Rendra yang berjudul Gugur, dengan suara seperti meritintih.

Ribuan pasang mata seperti terhipnotis memandang ke 5 perempuan itu. Pekikan suaranya yang sesekali menggelegar secara bergantian, menyelinap diantara gelap pelataran Wungon Pendopo Kabupaten Pemalang. Lima perempuan itu adalah para Pemenang Lomba Baca Puisi Tingkat SMA/SMK Kabupaten Pemalang. Ia tampil memukau, dalam acara wungon yang dikemas secara teatrikal.

Baca Juga :  Berwisata ke Lamongan, Ini Tempat yang Wajib Anda Kunjungi!

Beberapa tamu undangan, nampak larut dalam kesedihan, terharu ketika nada suara-suara pemuisi itu terdengar mengisak lirih dalam rintih dan tangis. Tak jarang, diantara mereka yang nampak meneteskan air mata. Diantaranya juga terlihat mengambil tisue untuk mengusap matanya.

Merinding dan Mengharukan, 5 Pemuisi Pelajar menghipnotis Pengunjung Wungon
Merinding dan Mengharukan, 5 Pemuisi Pelajar menghipnotis Pengunjung Wungon

Mutamaroh Holizah, sang juara 1, tampil membacakan puisi Gugur  karya W.S Rendra secara duet dengan Ayu Puji Lestari, Juara Harapan 1 dari SMA Negeri 1 Bodeh. Sementara Silvia Rizkizen, Juara 2 dari SMA Negeri 1 Pemalang tampil dengan puisi Taufik Ismail bertajuk Kita Adalah Pemilik Syah Negeri Ini. Selanjutnya, Nur Izzah Meininggrum, juara 3 dari SMA Negeri 1 Randudongkal. Dipamungkas, Ana Kurnia Ilahi, Juara harapan 2 dari SMK Islam Terpadu Warungpring, dengan puisi Menatap Merah Putih, Karya Sapardi Djoko Damono.

Menanggapi suasana hati tamu undangan yang nampak mengharu, Bambang Mugiarto selaku pengemas dan penata laku pembacaan puisi  menyatakan, ” Itulah puisi. Ia menjadi bahasa hati dan curahan sanubari dari relung jiwa yang terdalam”.

” Ia mampu menghidupkan suasana batin dikala sepi, rindu, sedih, bahagia dan bahkan mampu menjadi embun di kala dahaga. Sajak-sajak puisi lahir dari hati. Jika dibawakan dengan baik, maka akan membakar semangat, dan bahkan mampu melunakan segala indra yang mengeras ketika mendengarkannya,” jelasnya.

Baca Juga :  Pemuda Pancasila Siap Jadi Garda Terdepan Bangkitnya Pancasilais Muda Pemalang

Menurutnya, kemampuan para pembaca memang luar biasa. Mereka memiliki talenta yang kuat. Dan ini akan menjadi aset bagi Pemalang yang sangat berharga. Terutama karena bakat yang mereka miliki masih pada usia sekolah. ” Kita Apresiasi kepada pemerintah daerah yang telah memberi ruang dalam acara ini untuk mereka,” pungkasnya.

Artikel Lainnya