NASIONAL, mediakita.co- Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan hasil dari rapat bersama Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto terkait belanja alat utama sistem pertahanan (alutsista) dari pinjaman luar negeri yang naik cukup signifikan.
Menkeu menjelaskan, di luar anggaran yang telah diberikan pemerintah dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Kemenhan juga melakukan belanja alutsista dari pinjaman luar negeri untuk periode 2020-2024 sejumlah US$25 miliar setara Rp385 triliun (kurs Rp15.400 per dolar AS).
Ketua Umum (Ketum) DPP GMNI Arjuna Putra Aldino mengecam sekaligus mengkritik tindakan Prabowo Subianto yang melakukan belanja alutsista dari pinjaman luar negeri sejumlah Rp385 triliun ditengah kondisi kehidupan masyarakat sedang mengalami kesulitan.
Menurut ketum GMNI, saat ini harga kebutuhan pokok banyak yang mengalami kenaikan seperti beras, cabai, gula dan telur. Semua sudah melonjak naik lebih dari 10%.
“Pemimpin yang tak punya nurani. Bisa-bisanya rakyat sedang hidup sulit karena harga naik, ini belanja alutsista ratusan triliun. Kejam sekali,” ujarnya.
Ia menyampaikan bukti masyarakat sedang dalam kondisi sulit, sampelnya adalah seorang pria warga Kecamatan Raihat, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang melakukan percobaan bunuh diri dengan menusuk perutnya akibat tak mampu membeli beras. Di lain sisi, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto justru melenggang belanja alutsista dengan pinjaman luar negeri sebesar Rp385 triliun.
“Rakyat sedang mengalami kesulitan. Harga kebutuhan pokok naik. Belanja alutsista yang besar ditengah kondisi rakyat yang sulit sama sekali tidak relevan,” kata Ketum GMNI.
Dia menilai saat ini Indonesia tidak sedang dalam kondisi darurat perang, walaupun situasi geopolitik global sedang memanas namun kebijakan luar negeri Indonesia tidak menganut paham realisme ofensif yang berupaya melakukan hegemoni dengan kekuatan militeristik.
Sehingga naiknya anggaran belanja alutsista sama sekali tidak relevan. Alasannya menurutnya cenderung dibuat-buat dengan insinuasi perang.
“Sama sekali tidak relevan. Seperti besok mau perang saja. Saat ini rakyat kita sedang perang melawan kelaparan. Rakyat butuh kebutuhan pokok yang murah, bukan senjata,” ungkapnya.
Ia meminta masyarakat untuk membuka mata dalam menilai seorang pemimpin, mana seorang pemimpin yang memahami dan punya nurani kerakyatan dengan pemimpin yang hanya membodohi rakyat dengan gimmick. Menghamburkan anggaran untuk belanja alutsista sebesar Rp385 triliun ditengah rakyat hidup sulit menurut Arjuna sebuah tindakan yang tidak patut dan tidak etis. Bahkan menurutnya pemimpin demikian tak punya hati.
“Pemimpin seperti itu tidak punya hati. Tidak etis dan tidak patut. Jika benar dia pro rakyat harusnya punya empati dengan kesulitan yang dialami rakyatnya,” pungkasnya.