PEMALANG, mediakita.co- Di Pemalang, Orkes Keroncong (OK) Mustika Swara Congkestra bisa jadi menjadi simbol dari beberapa band keroncong yang masih mencoba bertahan dalam kesunyiannya. Atau barangkali, menjadi satu-satunya group keroncong yang meski tertatih, mencoba bertahan dengan mengeja jaman.
Disebut mengeja jaman lantaran OK Mustika Swara Congkestra ini seperti sedang mencoba berdialog dengan disrupsi global. Sebuah jaman yang mengalami perubahan tanpa batas, serba tak terduga dengan musikalitas yang sesuai.
Silih dan silang peradaban sosial kekinian yang terus berkembang dalam aspek globalnya, direngkuh dalam karya dan cara berkeseniannya. Cara itu barangkali, dipilih demi menjinjing semangat untuk terus menghidupkan musik keroncong.
Meski sepi dari kegempitaan, mereka seperti tengah menyuarakan bahwa musik keroncong harus tetap hidup dinegerinya sendiri. Suara yang dikaisnya dengan sajian nada keroncong, sebagaimana diperkirakannya menjadi cara menjawab jaman yang teus beralih.
Sejatinya, nasib musik keroncong dalam posisi sekarang seperti mengayuh ruang yang serba bertolak belakang. Bermusik keroncong dalam kekiniannya adalah jalan sepi yang direngkuh dengan menggenggam idealisme dan imaginasi yang sunyi.
“Congkestra itu keroncong orkestra. Melibatkan banyak pemain, ada 7 pemain, flute 2 orang, saxophone juga 2 orang, Cello 2 orang plus cuk, cak, bass dan melody,” terang Saiful Sax, pemimpin dan sekaligus instruktur kelompok musik keroncong ini kepada mediakita.co, Minggu (26/09/2021).
Dalam sejarahnya, Mustika Swara Congkestra Pemalang ini semula bernama Orkes keroncong “Satoe Swara”. Berdiri tahun 2012 dan dipimpin Saeful Sax. Dua tahun kemudian, pada tahun 2014, muncul Orkes Keroncong Mustika pimpinan Sunardi.
“Mengingat sebagaian anggotanya sudah berusia lanjut, maka pada tahun 2021 terjadi peleburan antara OK Satoe Suara dengan OK Mustika. Maka terbentuklah Group Musik Keroncong Mustika Swara Congkestra,” kisahnya.
Bergabung dan meleburnya dua group ini semata-mata disemangati oleh adanya cita-cita tunggal, yaitu sebuah regenerasi. Maka sesungguhnya, Swara Congkestra ini juga seperti sedang berjaga dari kepunahan di bumi tempatnya berpijak yang terlahir sebagai salah satu ciri budaya nusantara, dengan diam.
Demi menjaga kelestarian musik keroncong, melewati detak waktu kesunyiannya, group ini bercara merekrut pemain dari generasi yang lebih muda. Harapannya, musik keroncong tetap tegak berdiri di Pemalang dan Indonesia pada umumnya.
“Personilnya mayoritas anak-anak muda. Dari SMA, Mahasiswa sampai sarjana yang usianya dibawah 40 tahun. Maka lagu-lagunya juga all genre,” tambahnya.
Meski belum lama berdiri, OK Mustika Swara Congkestra kerap tampil dalam berbagai acara. Salah satunya di TVRI Semarang.
“Pada tahun 2021 tampil di TVRI Semarang, pada acara dialog dengan Bupati Pemalang,” tambahnya.