Pemalang, Mediakita.co – Saat ini sedang ramai di jejaring sosial, bocah SMP di Pemalang membobol kartu kredit.
Bocah dengan inisial D, siswa sebuah SMP di Pemalang, Jawa Tengah, membobol kartu kredit Fananda Widyabirata. Kartu kredit tersebut digunakan untuk membeli sebuah topi di salah satu toko online.
Fananda menyadari telah terjadi pembobolan terhadap kartu kreditnya setelah mendapat SMS notifikasi pembelian seharga Rp 278.000 dari toko online bersangkutan pada tanggal 5 Agustus 2015. Seperti diberitakan oleh Viva News.
Fananda kemudian berusaha melacak bocah tersebut dan berhasil mendapatkan identitas, nomor kontak D. Dia kemudian mengirimkan SMS guna memastikan identitas D.
Setelah memastikan bahwa identitas D memang benar, Fananda memberitahunya bahwa ia adalah korban pembobolan kartu kredit yang D lakukan.
Merasa terpojok, D langsung meminta maaf dan mengaku tidak tahu menahu soal pembobolan kartu kredit Fananda. Tak puas dengan jawaban D, Fananda berusaha menginterogasi D melalui chatting di Facebook. Isi chatting tersebut ia sebarkan melalui jejaring sosial.
“Pak sumpah saya g tahu apa”.., saya dpt cc (kartu kredit) pak Fananda dari orang share di grup. ane cuma bantu kill. Pak ..tolong pak, sumpah saya g tau apa”, uang udh di refund, saya ngaku salah, Pak TOLONG pak saya Mohon,” isi percakapan D dengan Fananda, 8 Agustus 2015.
Setelah diinterogasi Fananda, D mulai ketakutan dan mengaku hanya pernah sekali membobol kartu kredit orang lain.
“Sumpah demi apapun saya g pernah pak..Beru kali ini…saya udah 2 kali nyoba order dr cc d grup tp gagal trus. jujur saya g tw apa”..Saya jg gtw ikut grup carding..Ada orng pamer” barang? saya tanya itu beli mas? Dia bilang ga..Dia pake cc orng… Lah wktu itu ada orng share cc bpk saya iseng” nyoba..Order d zalora ..Yg kmrin order topi itu pak..Maaf pak sekali lg saya minta maaf..Saya sangat menyesal dan kapok pak..gtw bikin kyak gni,” tulis D kemudian.
Kontan saja, para pengguna jejaring sosial menanggapi kejadian tersebut dan menjadi ramai. Pro dan kontra muncul mengenai langkah Fananda untuk mengambil jalur hukum.
Fananda bersikeras untuk memberi D pelajaran.
“Mungkin ada yang beranggapan kalo cara saya ini jahat… ya saya nggak pungkiri, emang jahat. hehehe…Tapi perlu dilakukan, karena saya sudah menawarkan jalan kekeluargaan dengan pelaku, meminta dia jujur terbuka sama saya dan minta alamat rumah aslinya dan orang tuanya. Tapi pelaku menghindar, berbohong dan berusaha saya mengampuninya saat itu juga, hanya antara saya dan pelaku. Hoo ngga begitu juga kali dengan semudah itu saya maafkan. tapi nanti tau tau kumat lagi. Makanya saya langsung open saja perbuatan dia disini,” tulis Fananda, 11 Agustus 2015.
Dengan melakukan itu, Fananda ingin memberikan pelajaran kepada D dan memberikan efek jera bagi para pelaku aksi serupa.
“Tujuan utama adalah bukan berhenti di pelaku saja melakukan tindak kriminal ini pada usia bangku sekolah, tetapi bagaimana data sensitif kartu kredit bisa tersebar, saya cari pelaku lain yang pertama kali menyebar data cc saya,” tulis dia.
Tak lama setelah kejadian tersebut (ramainya perbincangan di jejaring sosial tentang aksi pembobolan kartu kredit anak SMP), akun Facebook D langsung bersih. D menghapus semua pembicaraan di dinding facebooknya.