Dalang Barata Banyumas Minta Ke Presiden Jangan Diskriminatif Tegakkan Protokol Covid-19

BANYUMAS, mediakita.co – Keprihatinan atas perbedaan perlakuan pemerintah dan aparat keamanan terhadap penegakkan protokol kesehatan Covid-19 kembali muncul. Kali ini dari kalangan pedalangan. Bambang Barata Aji atau dikenal luas di Banyumas Jawa Tengah sebagai Aji Barata mengungkapkan keprihatinan atas diskriminasi yang terjadi dalam penegakkan protokol kesehatan di Indonesia sebagaimana disampaikan kepada mediakita.co Senin (16/11).

“Ada pertunjukkan wayang kulit dibubarkan aparat keamanan, tetapi acara FPI yang dipimpin Habib Riziq dibiarkan” ujar Barata.

Bambang Barata Aji mengungkapkan keprihatinannya atas perbedaan perlakuan yang dialami warga, pelaku dan pecinta seni pertunjukan wayang. Mereka para pekerja seni pertunjukan tradisional Jawa harus bertahan hadapi kesulitan akibat dampak ekonomi dan setia ikuti protokol kesehatan pemerintah tetapi dilain pihak ada warga negara yang dibiarkan mengerahkan massa. Belum lama diketahui Front Pembela Islam atau FPI dibiarkan melakukan pengerahan massa ke bandara dan bebas membuat acara di Jakarta tanpa mengindahkan protokol kesehatan. Perbedaan perlakuan yang menciptakan kesenjangan dan diskriminasi.

Barata Aji alumnus jurusan Hubungan Internasional Fisipol UGM yang juga penggiat Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) Jawa Tengah ini menyampaikan pesan ke Presiden Jokowi agar berlaku adil. Menurutnya Presiden yang memiliki posisi kuat sebagai pemegang mandat konstitusi negara untuk bisa melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia. Untuk menegakkan itu harus tegas dan adil tidak ada kelompok yang diperbolehkan semaunya sendiri. Sementara mayoritas diam bangsa Indonesia ini masih lebih banyak dibanding mereka ungkap Aji Barata dalam video pernyataannya.

Penanganan Covid-19 yang terkesan bias kedaerahan juga menjadi keprihatinan. Seakan daerah-daerah semakin menurun kehendak bersatu sebagai satu kesatuan negara Republik Indonesia.

Bacaan Lainnya

“Le Desir D’Etre Ensemble istilah Ernest Renan yang berarti kehendak untuk bersatu. Dan kehendak bersatu harus kita kuatkan” ungkap Aji.

Barata Aji yang juga Ketua Yayasan Dalang Nawan juga mengirimkan video pendek berisi guratan aspirasi pelaku seni tradisional Jawa khususnya wayang kulit di masa pandemi Covid-19. Dimulai dengan alunan gender dan lantunan cuplikan Kidung Rumekso Ing Wengi karya Sunan Kalijaga. Barangkali itulah salah satu cara tradisi Islam Jawa mengusir para pengganggu masyarakat yang nampak maupun tidak, termasuk pandemi Covid-19. Hanya Tuhan yang Maha Mengetahui. (Jawi)

Pos terkait