JAKARTA, mediakita.co- Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) adakan seminar online literasi digital. Tema yang diangkat adalah “Digitalisasi Buku Mata Pelajaran Sekolah, Adaptasi Kebiasaan Baru Pembelajaran Era 4.0.”
Dalam seminar literasi digital ini, terdapat tiga narasumber, yaitu Abdul Kharis Almasyahari Wakil Ketua Komisi I DPR RI. Narasumber kedua Semuel Abrijani Pangerapan, Dirjen Aplikasi Informatika (APTIKA) Kemenkominfo. Serta mengundang Achiyat Ulumuddin Chasan, Ketua IKAPI Jawa Tengah.
Seminar online ini diselenggarakan pada Sabtu, 11 Juni 2022. Media yang digunakan adalah Zoom Meeting.
Seminar literasi digital ini adalah inisiasi yang di dukung oleh Kemenkominfo terhadap program literasi digital yang melibatkan berbagai elemen masyarakat. Adapun beberapa tujuan yang ada diantaranya untuk mendorong masyarakat agar mengoptimalkan pemanfaatan internet sebagai sarana edukasi dan bisnis.
Selain itu, juga untuk memberdayakan masyarakat agar dapat memilah dan memilih informasi yang dibutuhkan dan bermanfaat.
Selanjutnya untuk memberikan informasi yang lengkap kepada masyarakat terkait pembangunan Infrastruktur TIK yang dilakukan oleh Pemerintah khususnya oleh Ditjen APTIKA. Tujuan yang tak kalah penting lainnya adalah untuk mewujudkan jaringan informasi serta media komunikasi dua arah antara masyarakat dengan masyarakat maupun dengan pihak lainnya.
Dalam pelaksanaannya seminar ini dilaksanakan dalam beberapa sesi, yaitu sesi pembukaan, pemaparan materi, sesi tanya jawab, dan sesi penutup.
Seminar dimulai pada pukul 12.00 WIB dengan membuka Zoom Meeting untuk peserta. Dibuka dengan dimeriahkan penampilan hiburan band selama 30 menit, dilanjutkan MC/Host menyapa peserta dan kepada masing-masing narasumber yang akan memberi paparan kepada seluruh para peserta.
Memasuki sesi pemaparan materi moderator memandu sesi pemaparan dan sesi diskusi. Dalam sesi pemaparan diawali pengantar dari Abdul Kharis Almasyahri.
Dalam paparanya, Abdul Kharis menyampaikan bahwa saat ini kita memasuki arus gerak dunia digital dan TIK tidak bisa dibendung karena hal tersebut merupakan konsekuensi kreativitas anak di dunia ini. Saat ini eranya informasi yang bertumpu pada perkembangan teknologi informasi (digital).
Sebagaimana diketahui dalam khasanah keilmuwan dari beberapa sumber buku yang berkembang diketahui bahwa semakin hari terus semakin bagus dan komplit, yang mampu membawa pembacanya memahami secara instan dan tepat bagi para pelajar atau yang mempelajarinya.
Salah satu indikatornya yakni terdapat Ilustrasi yang semakin keren dengan cara melakukan scan QR Code salah satunya di buku cetak, sehingga dapat memunculkan animasi-animasi bergerak maupun kreasi digital yang sangat kreatif.
Namun, di samping kecanggihan tersebut, menurut Wakil Ketua Komisi I DPR RI ini terdapat kenyataan bahwa eksistensi buku cetak tetap tidak akan hilang. Menurutnya teknologi memang bagus dan sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan dunia di era digital saat ini, tetapi masih banyak yang harus diperbaiki.
Terdapat keterbatasan-keterbatasan yang perlu disikapi dengan cepat dan tepat, seperti kestabilan dan ketersediaan internet, power supply, dll Perkembangan digital memang penting, namun keberadaan buku cetak tetap menjadi kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan begitu saja.
Selanjutnya dalam sambutannya Semuel Abrijani Pangerapan, menyampaikan, bahwa sebagaimana yang telah diketahui bersama, dampak pandemi dan pesatnya teknologi telah mengubah cara kita beraktivitas dan bekerja. Kehadiran teknologi sebagai bagian dari kehidupan masyarakat inilah yang semakin mempertegaskan kita sedang menghadapi era disubsi teknologi.
Untuk mengahadapi hal tersebut, kita semua harus mempercepat kerjasama kita dalam mewujudkan agenda trasnformasi digital Indonesia. Salah satu pilar penting yang mendukung wujudnya agenda trasnformasi digital adalah menciptakan masyarakat digital dimana kemampuan literasi digital masyarakat memegang peranan penting didalamnya.
Sebagai tingkat paling dasar, literasi digital merupakan kemampuan yang paling krusial dalam menghadapi teknologi saat ini untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang tidak hanya mengenal teknologi secara offline dan juga cermat dalam menggunakannya.
Dirjen APTIKA Kemenkominfo ini juga mengajak untuk bersama-sama wujudkan cita-cita bangsa Indonesia dengan menjadikan masyarakat madani berbasis teknologi. Kemampuan yang kita miliki serta keunggulan yang terus dijaga akan membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang hebat dan besar, serta menjadi unggul dalam segi sumber daya manusia.
Terkait dengan perbukuan yang menjadi tema sentral seminar ini Ketua IKAPI Jawa Tengah Achiyat Ulumuddin Chasan menjelaskan bahwa Indonesia masih mengalami krisis pembelajaran selama 10-15 Tahun terakhir terlebih diperparah dengan adanya pandemi. Hal itu berkaitan juga dengan Learning loss atau kehilangan pembelajaran serta ketidak efektifan pembelajaran jarak jauh yang dialami oleh para pelajar.
Terlebih saat ini dengan adanya arah perubahan kurikulum dimana dilaksanakan kurikulum merdeka saat ini maka hal tersebut membutuhkan kolaborasi teknologi. Transformasi digital dibutuhkan untuk mewujudkannya.
Maka dioerlukan dikenal adaptive learning guna adaptasi dalam kebiasaan baru pembelajaran di era 4.0 saat ini.
Metode tersebut bermakna mengedepankan efektivitas dan efisiensi dengan diarahkan pada pengembangan dari keunikan para peserta didik. Setiap anak akan melalui proses belajar yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuannya.
Adapun hasilnya nanti menurutnya juga akan berbeda. Salah satunya yakni dengan adanya penggunaan buku hybrid maupun full digital, dimana pendidik dapat melakukan tracking (pengecekan/ penelusuran) bagaimana proses pembelajaran peserta didik berlangsung.
Di samping beberapa hal yang disampaikan itu juga didapati permasalahan terkait implementasi adaptive learning diantaranya yakni kesenjangan antar siswa serta kurangnya literasi digital siswa dan guru sehingga kurang mampu mengeksplorasi aplikasi-aplikasi pembelajaran untuk menunjang adaptive learning. Maka dibutuhkan metode blended learning dimana produk digital menjadi komplementer bukan substitusi dari buku cetak.
Setelah paparan materi dari ketiga narasumber selanjutnya moderator membuka sesi tanya jawab. Para peserta sangat antusias dalam memberikan pertanyaan. Sesi diskusi berjalan interaktif antara narasumber dan peserta. Para peserta yang bertanya juga mendapat doorprize.
Acara Seminar Literasi Digital selesai usai sesi diskusi. MC kembali memandu acara penutupan dengan memberikan plakat kepada para narasumber secara online sebagai simbolis ucapan terima kasih. Diakhir acara juga dilakukan foto bersama dengan seluruh peserta dan pukul 14.30 acara resmi ditutup oleh MC.
Dengan adanya acara semacam ini diharapkan masyarakat dapat melakukan literasi digital sebagai dukungan kepada pemerintah mewujudkan transformasi digital Indonesia.