Kekerasan dan Pembunuhan Seolah Dibiarkan, Masyarakat Bukan Asli Papua Di Wamena Teriak Tuntut Keadilan

Kekerasan dan Pembunuhan di Wamena Terus Terjadi

WAMENA, mediakita.co – Masyarakat yang bukan asli Papua (Orang Non Papua/ONP) sudah kehabisan kesabaran dengan perlakukan yang mereka alami di Bumi Cendrawasih. Pasalnya mereka seolah-olah diperlakukan seperti ‘binatang’ oleh masyarakat setempat.

Mereka setiap hari dirampok dan diperlakukan secara tak manusiawi. Bahkan dalam satu tahun bulan terakhir tiga orang telah menjadi korban dua orang meninggal dunia dan seorang dilarikan ke Makassar untuk mendapatkan perawatan intensif karena kritis.

Peristiwa terbaru terjadi tanggal 30 Maret 2021 menimpa seorang ibu bernama Ida Patandianan. Perempuan berdarah Toraja tersebut tewas ditusuk orang tak dikenal yang merampoknya di kios miliknya di Perumahan Sinakma Wamena Papua.

Menyedihkannya bahwa pemerintah dan aparat setempat tutup mata dengan kondisi yang dialami para ONP tersebut. Para pelaku tidak pernah ditindak dengan tegas, kalau pun mereka ditangkap, mereka tak diadili dengan benar dan dibiarkan berkeliaran bebas melakukan aksinya.

Melihat kondisi yang memprihatinkan dan tidak manusiawi ini teriak melakukan protes. Ratusan warga ONP yang bergabung dalam Paguyuban Nusantara dan Ikatan Keluarga Toraja mendatangi Kantor Bupati Jayawijaya untuk menuntut keadilan dan sikap pemerintah.

Bacaan Lainnya

‘Kami warga IKT adalah pendudu Jayawijaya, penduduk Kota Wamena, kami orang yang merantau, kami tidak minta banyak  kepada pejabat di Jayawijaya ini, kami hanya minta rasa damai aman saja. Kami datang cari makan, jadi tolong beri kami rasa aman untuk cari makan, kami tidak datang untuk cari masalah, kami tidak datang membunuh tapi tiap hari kami dibunuh ini’ ungkap Ketua IKT yang mewakili masyarakat dan keluarga korban pembunuhan.

Ia juga mengungkapkan bahwa selama ini mereka cukup sabar menghadapi perilaku masyarakat setempat yang acapkali memperlakukan mereka secara tidak manusiawi karena sangat menghargai pemerintah dan aparat keamanan.

‘Apakah juga kami harus melawan, taka da yang kurang di Wamena ini, Batalion ada, Dandim ada, Polres ada, Koramil ada, baru apalagi tiap hari kami dirampok, tiap hari kami dibunuh. Bagaimana jaminan aparat yang ada di sini’ ungkapnya Ketua IKT lagi.

Ketua IKT juga mengeluhkan sikap penduduk asli yang tidak adil dengan hukum-hukum adatnya kepada para pendatang walaupun mereka yang melakukan kesalahan.

‘Kalau datang di rumah kami mencuri jangankan kami bunuh, kami lukai sedikit saja satu kampung datang minta denda, baru hari ini kami dibunuh, kami mau mengadu ke mana, kalau tidak kepada pemerintah yang ada di sini. Dan bukan kali ini terjadi sering, tiap hari ibu-ibu dirampasi tasnya baru dibiarkan seolah-olah ada pembiaran’ kata Ketua IKT selanjutnya

Selain menuntut perlindungan dan rasa aman para demonstran juga mempertanyakan kinerja para anggota DPRD setempat yang tidak memiliki kinerja dan itikat baik untuk merumuskan peraturan yang melindungi masyarakat.

‘Ke mana wakil-wakil kami yang ada di DPRD ini, mana Perda yang dijanjikan, sudah lama dijanjikan Perda-Perda tapi sampai sekarang tidak ada Perda, kemana? Apakah para DPR datang, duduk, diam, dengar dan duit serta memberikan harapan palsu? tuturnya lagi.

Pendemo yang memenuhi Kantor Bupati Jayawijaya tersebut memberikan ultimatum jika aparat dan pemerintah tidak menangkap para pelaku pembunuhan dan mengadilinya secara adil maka dalam 5 kali 24 jam mereka akan melakukan tindakan sendiri untuk melindungi diri dan mencari keadilan.

‘Hari ini kami warga IKT dan Paguyuban Nusantara menyampaikan memberikan waktu 5 kali 24 jam kepada pihak keamanan untuk mencari pelakunya hingga dapat. Jangan salahkan kami kalau ada persoalan, jika kami turun sendiri mencarinya. Tapi dengan hormat kami beri kepercayaan kepada Bapak Kapolres untuk mencarinya dan tokoh-tokoh keamanan di sini tangkap pelakunya. Kalau tidak kami akan bikin tim sendiri untuk mencarinya karena kami tahu pelakunya’ katanya lagi. (Prb/mediakita.co)

 

 

 

Pos terkait