PEMALANG, mediakita.co- Meski garapan musiknya menganut genre dangdut, mereka menamai kelompoknya dengan nama Kodok Band. Bersetia di genre dangdut klasik, Kodok Band adalah singkatan dari Komunitas Orkes Dangdut Original Klasik. Kodok band terbentuk diwilayah patura barat, tepatnya di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah.
Sebagaimana namanya, corak musik yang dimainkan sepenuhnya menganut secara original. Gaya musik kelompok ini bersetia dengan gaya persis dalam album-album dangdut yang dipopulerkan dimasa lalu.
Warna musik klasik ini sengaja dipilih ketika kancah musik dangdut sedang dibuai oleh genre koplo, campur sari hingga musik elektronik dangdut. Sejatinya, warna dan perjalanan musik dangdut di Indonesia memang terus berkembang.
“Karena jaman sekarang sudah terlalu banyak genre musik lari dari aslinya, maka kami berusaha memelihara warna musik aslinya,” kata Nasir Kelana, penggagas dan pegiat kelompok Kodok Band ini kepada mediakita, Sabtu, (18/09/2021).
Dengan itu maka, perkembangan dangdut secara historis dipaparkan Kodok Band melalui garapan lagu original yang warna musiknya tak memiliki keterbauran dengan Dangdut Koplo atau Dangdut Campur Sari. Taka ada variasi berupa hentakan kendang yang mencerminkan estetika lokal Jawa Timuran. Kodok Band hadir utuh dalam bingkai musik dangdut original.
“Saya melihat, genre dangdut original memiliki segmen penggemar tersendiri. Ditengah perkembangan musik dangdut yang terus berkembang dan bertransformasi menurut jamannya, dangdut original akan tetap ada dan harus dijaga sebagai bagian dari proses sejarah orkes melayu,” tambahnya.
Memilih nama dengan awalan kata komunitas, Kodok Band mencoba menyatukan diri dengan semua kalangan. Menjadi wadah penggemar dan pelaku seni secara utuh. Dengan semangat kolektifitas itulah, Kodok Band tak melulu menjadi milik pemusiknya. Kodok Band menjadi milik bersama antara penggemar dan seniman musik dangdut original berbasis komunitas.
Lahir 4 september 2020, Kodok band digawangi para musisi terbaik di kota Pemalang. Mereka adalah Nasir Kelana (Keyboard Ensemble), Ali (Keyboard Chord), Sumarno (Tamborin Percusion), Udin (Bass), Rony (Table Percusion), Prasojo (Dram Percusion) dan Kiswo (Lead Guitar 1).
Di Lead Gitar atau melodi, dipegang musisi kawakan Asmoro, Pandega (Lead Guitar 3), Untung (Floote), Inez (Vocal 1), Wiwit (Vocal 2) dan Taufik Krisna sebagai Master of Ceremony (MC).
“Berkat dukungan semua pihak, Kodok Band bisa berjalan sesuai harapan dengan melaksanakan kegiatan bermusik dibeberapa tempat seperti resto dan tempat-tempat hiburan lain di Pemalang. Disamping menjadi band pengiring dibeberapa tempat seperti pesta yang digelar oleh masyarakat,”
Dimata penikmat musik dangdut, Kodok Band memiliki kekuatan khusus. Ia hadir mengais kesunyian dan mengisi kekosongan group-group dangdut di kawasan pantura barat yang redup dalam dasawarsa terakhir. Bukan hanya itu, Kodok Band juga menjadi ikonik baru sebagai group dangdut yang memiliki performen elegan.
Melihat penampilan Kodok Band, layaknya menyaksikan sebuah konser musik. Tak ada kesan seronok apalagi goyangan erotis. Kodok Band tampil dengan ekspresi sebuah musik yang mengedepankan kualitas dan rasa.
“Saya bukan termasuk orang yang terlalu suka musik dangdut. Tetapi saya menjadi merasa sangat menikmati musik dangdut ketika menyaksikan perform kodok band,” kata Puji Astuti Piet Saryadi, seorang ibu pegiat seni di Pemalang kepada mediakita.co saat dimintai tanggapannya.
Oleh : Arief Syaefudin