Mediakita.co – Mediakita.co – Nilai tukar Rupiah anjlok terhadap Dolar AS yang terus perkasa nyaris mendekati level Rp 13.500. Hampir dua bulan ini posisi dolar AS setara dengan masa krisis moneter 1998.
Kemarin, dolar AS dibuka di kisaran Rp 13.466 dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu di Rp 13.440. Seperti dikutip dari data perdagangan Reuters, Senin (27/7), mata uang Paman Sam berada di level Rp 13.450.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo, mengungkapkan meminta semua pihak untuk tak khawatir dengan nilai tukar Indonesia yang melemah. “Kondisi nilai tukar rupiah semua dalam keadaan baik. Kita nggak perlu khawatir dengan nilai tukar Indonesia,” ucap seperti dilansir dari laman detik.com, Senin.
Kondisi rupiah tersebut, lanjut Agus, tidak terlepas dari situasi perekonomian global.
“Kalau pun kita mendalami nilai tukar memang ada kondisi eksternal yang mempengaruhi, yang utama adalah perekonomian di AS terus mengalami perbaikan, walaupun perbaikan nggak seperti yang diprediksi. Kita juga mengikuti employment-nya menunjukkan perbaikan, dan statement Gubernur The Fed bahwa Fed fund rate akan meningkat,” jelas dia.
Agus menyebutkan, kondisi-kondisi tersebut tentu berdampak pada seluruh perekonomian dunia tak terkecuali Indonesia.
“Kita tahu bahwa kondisi seperti ini terjadi, dolar AS yang menguat dan mata uang negara lain terpengaruh,” katanya.
Lebih jauh Agus menjelaskan, kondisi dunia yang lain yang perlu diperhatikan adalah China yang ekonominya selama 20 tahun tumbuh di atas 10%. Selama 3 tahun terakhir terkoreksi turun dan bahkan di tahun 2015 ini diperkirakan menjadi 6,8%.
Namun, lanjut Agus, dirinya melihat bahwa ekonomi China mulai stabil, namun dikejutkan dengan koreksi di pasar modal China turun sampai 30%. Hal ini tidak berpengaruh langsung ke Indonesia, tapi berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat dunia bahwa di dunia sedang terjadi ketidakpastian.
Agus menyebutkan, kondisi ekonomi China melemah, ekonomi dunia yang tadinya diprediksi tumbuh 4% terkoreksi 3,8% menjadi 3,5%, bulan lalu diperkirakan 3,39%, ternyata malah diprediksi 3,3%. Jadi, kata Agus, lebih rendah daripada tahun lalu 3,4%.
“Nah hal ini berpengaruh juga kepada dunia termasuk Indonesia. Untuk Indonesia saya melihat bahwa terjadi perbaikan kondisi Indonesia, yang utama inflasi sampai Juni 0,96%. Jadi, inflasi di akhir 2015 sesuai dengan rencana di kisaran 4 plus minus 1 persen,” sebut Agus.
Agus menambahkan, BI akan terus melakukan koordinasi dengan pemerintah. Walaupun di dunia ada penguatan ekonomi AS, Indonesia akan mengalami perbaikan dan siap menghadapi perubahan dan ketidakpastian dunia.
“Kalau rupiah fluktuatif, BI akan selalu ada di pasar agar volatilitas dalam batas yang sehat dan kepercayaan masyarakat terjaga. Kami pesan bahwa selain kebijakan utama BI, kami juga meminta masyarakat untuk menjaga kedaulatan rupiah agar semua transaksi di NKRI menggunakan rupiah. Ini akan membuat ekonomi lebih stabil,” pungkasnya.