Speed Painting dan Pendidikan Karakter
Kegiatan speed painting yang dilakukan ayah dari Chacha dan Elang ini memang belum banyak. Pertama kali kegiatan dilakukan di Yogyakarta dalam event Nitilaku Dies Natalies UGM tahun 2019 lalu. Tampil di depan lebih dari tiga ribu penonton, Eggy melukis Sri Sultan Hamengkubuwana IX, dan dengan persiapan hanya 2 hari.
Speed painting dua proklamator Kemerdekaan RI, Sukarno-Hatta bertempat di Rumah Sejarah Rengasdengklok, membutuhkan waktu 33 menit untuk 2 buah lukisan sang Proklamator. BAGI EGGY Sukarno-Hatta adalah tokoh yang wajib dilukis karena perannya dalam sejarah. Dan, pilihan lokasi Rengasdengklok merupakan upaya untuk mengingatkan bahwa ada peristiwa penting di balik peristiwa besar Proklamasi, yaitu peristiwa saat Sukarno dan Hatta didesak oleh pemuda untuk segera memproklamirkan kemerdekaan. Peristiwa itu memperlihatkan bagaimana pemuda memiliki peran yang sangat penting dalam sejarah. Tanpa peristiwa tersebut barangkali kita tidak merayakan HUT Proklamasi di tanggal 17 Agustus. Sebuah ajakan bagi pemuda saat ini untuk mulai mengambil peran dalam kehidupan berbangsa.
“Speed painting dua Proklamator yang saya lakukan di Rumah Sejarah Rengasdengklok sebenarnya adalah bagian dari serial speed painting tokoh-tokoh sejarah yang sedang saya kerjakan. Sebelumnya saya sudah melukis Multatuli di Museum Multauli, Rangkasbitung. Dalam waktu dekat semoga bisa segera melukis Tirto Adisuryo” papar Eggy menjelaskan agenda speed painting yang direncanakan.
Maksud dari serial speed painting atas tokoh-tokoh tersebut adalah untuk mengenang kembali tokoh-tokoh sejarah yang ikut menentukan jalannya sejarah bangsa, dengan cara yang baru. Eggy pribadi memiliki harapan bahwa speed painting tersebut dilakukan di lokasi atau tempat bersejarah yang berkaitan dengan tokoh yang bersangkutan karena bagi dirinya ini juga suatu napak tilas.
Proses Kelahiran Kembali
Keunikan proses speed painting dari seorang Eggy adalah cara melukisnya dengan cara terbalik. “Proses paling menyita waktu adalah mempersiapkan diri untuk melukis secara terbalik. Saya melukis tokoh dalam posisi terbalik karena saya memaknai proses melukis ini sebagai proses kelahiran. Seperti bayi yang mengambil posisi kepala di bawah, saya melukis tokoh dalam posisi serupa” paparnya terkait dengan pilihan metode melukisnya.
Proses reborn atau lahir kembali bagi Eggy seperti menjadi gagasan, akan harapan untuk memaknai kembali arti kemerdekaan dan menghidupkan kembali jiwa kepahlawanan bagi bangsa Indonesia.
Cara melukis terbalik memberi nilai tambah pada speed painting sebagai sebuah perfomance. Namun demikian, cara melukis terbalik membutuhkan persiapan extra. Eggy sendiri menjelaskan bahwa ia memersiapakan sekitar satu minggu sebelum acara, ia sudah melihat dan selalu membayangkan bentuk wajah sang tokoh dalam kodisi terbalik dan membuat beberapa sketsa dalam kondisi terbalik juga.
Makna kelahiran kembali, bagi seorang Eggy Yunaedi, suami Susi Astuti ini adalah salah satu manifestasi atas kesenimanannya, “Tugas seniman adalah memproduksi simbol dan wacana. Seniman konon memiliki kepekaan untuk melihat dengan intuisinya dan meresonansi pesan yang ingin dia sampaikan dengan kemampuan artistiknya. Saya hanya ingin bisa menggali tema dan wacana yang relevan dan konstruktif dan mampu menggaungkannya lewat karya yang saya buat”, pungkasnya menutup perbincangan dengan penulis.
Penulis: Haris Shantanu