Oleh : Nanang Dwi Aryanto – Sumitro Sihombing
Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan semua mahluk hidup. Air dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, misalnya untuk minum, mandi, dan mencuci. Air juga digunakan untuk kebutuhan industri dan irigasi dalam pertanian. Maka, penyediaan air bersih merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia untuk kelangsungan hidupnya dan menjadi faktor penentu dalam kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Saat ini air sudah banyak yang tercemar. Pada umumnya air yang tercemar kandungan oksigennya sangat rendah. Hal itu karena oksigen yang terlarut di dalam air diserap oleh mikroorganisme untuk memecah atau mendegradasi bahan buangan organik sehingga menjadi bahan yang mudah menguap (yang ditandai dengan bau busuk). Makin banyak bahan buangan organik yang ada di dalam air, makin sedikit sisa kandungan oksigen yang terlarut di dalamnya. (Wardhana,2001).
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah maupun swasta untuk mengembangkan teknologi pengolahan air dari media yang tercemar. Teknik yang paling umum dan praktis adalah dengan menggunakan bahan kimia yang tentu tidak ramah lingkungan. Satu teknik yang ramah lingkungan yakni teknik fitoremediasi. Teknik ini secara khusus digunakan untuk air permukaan (sungai atau mata air). Walaupun baku mutu air hasil fitoremediasi mungkin tidak masuk kategori untuk air minum, tetapi teknik ini cukup efektif dalam memperbaiki kualitas air.
Tulisan ini menguraikan penggunaan teknik fitoremediasi sebagai salah satu cara untuk mengatasi media yang tercemar, jenis tumbuhan yang cocok digunakan untuk remediasi, mekanisme bekerjanya tumbuhan dalam menyerap bahan pencemar, serta contoh penerapan fitoremediasi.
Istilah fitoremediasi berasal dari kata Inggris: phytoremediation; kata ini sendiri tersusun atas dua bagian kata, yaitu phyto yang berasal dari kata Yunani phyton (tumbuhan) dan remediation yang berasal dari kata Latin remedium (menyembuhkan, dalam hal ini berarti juga “menyelesaikan masalah dengan cara memperbaiki kesalahan atau kekurangan”) (Anonimous, 1999). Dengan demikian fitoremediasi dapat didefinisikan sebagai: penggunaan tumbuhan untuk menghilangkan, memindahkan, menstabilkan, atau menghancurkan bahan pencemar baik itu senyawa organik maupun anorganik
Teknik fitoremediasi mengandalkan peranan tumbuhan untuk menyerap, mendegradasi, mentransformasi dan mengimobilisasi bahan pencemar, baik itu logam berat maupun senyawa organik. Mengingat kekayaan hayati tumbuhan Indonesia yang besar serta ditunjang oleh iklim yang hangat sepanjang tahun, tentu sumbangan tumbuhan untuk mengendalikan pencemaran perlu dikaji dan akhirnya diterapkan bila teknologinya ternyata menguntungkan.
Tindakan pemulihan (remediasi) perlu dilakukan agar lahan yang tercemar dapat digunakan kembali secara aman. Pada satu atau dua dasawarsa terakhir ini perhatian peneliti dan perusahaan komersial serta industri terhadap penggunaan tumbuhan sebagai agensia pembersih lingkungan tercemar telah meningkat.