NASIONAL, mediakita.co- Era baru (digitalisasi masyarakat) dengan teknologi informasi dan internet sebagai penanda penting ternyata tidak serta merta menggusur keberadaan seni tradisional. Masyarakat pelaku dan penikmat seni tradisi Jawa seperti wayang kulit dan gending serta tarian Jawa justru bisa berkembang.
Pagelaran Wayang Dalang Ki Seno Nugroho dengan siaran langsung (live streaming) di kanal youtubenya pada Kamis malam hingga Jum’ at (11/9/2020) dini hari menjadi bukti. Mengusung lakon “Wahyu Purboningrat“, pagelaran dalam rangka tasyakuran Kelompok Nelayan Jati Samudera, di Pantai Jatimalang Kecamatan Purwodadi Kabupaten Purworejo itu ditonton lebih dari 11.000 pemirsa.
Pendapat bahwa seni tradisi di era baru saat ini bisa tetap lestari juga disampaikan Bambang Barata Aji dari Banyumas. Menurut Ketua Yayasan Dalang Nawan dan Anggota Dewan Penasihat PEPADI (Persatuan Pedalangan Indonesia) Jawa Tengah ini seni tradisi berkembang dan lestari.
Adaptasi Seni Tradisi
Bentuk budaya Jawa seperti seni budaya tradisional wayang saat ini banyak yang sudah beradaptasi dengan menggunakan media sosial seperti youtube untuk siaran langsung. Dalang-dalang itu membuat kanal media sosial dan terbukti penontonnya jauh lebih banyak dari pertunjukan wayang yang lama.
“Seperti yang lain, tidak ada yg eksklusif. Semua beradaptasi dan menerima perubahan. Seni dan budaya tradisi memiliki akar yang kuat dalam masyarakat sehingga mampu bertahan dari gempuran modernitas. Hanya mesti luwes menyesuaikan diri. Ukuran untuk menilai kebudayaan kan terutama adalah “rasa”. Di sini budaya Jawa masih kuat terasa keberadaannya. Saya justru melihat sedang ada “kebangunan” budaya tradisi, utamanya Jawa (karena ini yg sedang saya dan teman-teman urusi”, menurutnya.
Lebih lanjut, menurut Aji Barata begitu ia juga dikenal di Banyumas, justru dalam situasi yang “chaotic” (tidak menentu) seperti pandemi saat ini, budaya kembali menegaskan eksistensinya sebagai respon bijak atas keadaan. Melalui sebuah eksperimen (uji coba) kecil sedekah bumi dalam rangka Suran (Peringatan bulan Asura) ia membuktikannya.
Dengan persiapan hanya seminggu nampak semangat berkarya dengan konsep gotong royong murni ternyata hasilnya melebihi ekspektasi, Minggu (6/9/2020). Acara mendapat apresiasi dari masyarakat, Pemda Banyumas, juga media baik lokal maupun nasional.
Melibatkan anak muda (termasuk usia sekolah dasar), simbok-simbok (emak-emak) di desa kembali memainkan kesenian yang nyaris punah seperti Gubrak Lesung. Hanya diberitahu sehari sebelum acara, namun tampil luarbiasa. Gotongroyong holopis kuntul baris adalah soal berkontribusi dan bukan sebaliknya.
Pemanfaatan Teknologi
Pemanfaatan teknologi mutlak perlu agar mampu bertahan. Pelaku seni budaya dari sononya memang orang-orang kreatif.
“Saya berkeyakinan bahwa teman-teman seniman tradisi akan mampu survive.
Ini sesuatu yang positif. Tapi tetap perlu pergelaran langsung untuk menjaga marwah dan ke-adiluhung-an seni pedalangan wayang purwa”, paparnya dalam wawancara bersama mediakita.co.
Menurutnya perlu ada yang lincah meniti arus jaman dengan manfaatkan teknologi tetapi juga tetap perlu ada yang menjaga karakter “klasik”. Pada akhirnya kita serahkan kepada kehidupan untuk menilai. Para pelaku seni budaya tradisi berkewajiban untuk bekerja.
Kita bangsa optimis, begitu pesan moralnya. Yayasan Dhalang Nawan menyampaikan pesan moral terkait situasi pandemi melalui kegiatan Sedekah Bumi Suran Trah Dalang Narwan 2020 dengan mengusung tema “Merawat Tradisi Menjaga Asa dalam Pandemi”.
Nawan Partomihardjo adalah dalang kondang dari Banyumas yang juga aktivis PNI (Partai Nasional Indonesia) pada jamannya. Terlahir pada tanggal 11 Maret 1911 dalang Nawan merupakan pioner wayang kulit Banyumas dari Desa Karangnangka, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas. Mengalami masa keemasan pada masa kolonial Belanda hingga kemerdekaan Indonesia.
Sukacita dalam asa, mereka berkreasi di tengah pandemi pada. Tetap menjalankan protokol kesehatan dengan penuh disiplin, mereka terus berkebudayaan. Menyapa jaman baru dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Penulis : Janu Wijayanto/mediakita.co