SURABAYA, Mediakita.co,- Eva Sundari, Direktur Institut Sarinah (InSari) mengunjungi EAS, ART korban penyiksaan majikan di Surabaya dan menyerahkan bantuan dana solidaritas para ART di 5 wilayah se-Indonesia yang dimobilisasi oleh Jala PRT dan InSari. Waktu penyerahan sengaja dipilih 1 Juni 2021 sebagai bagian dari Peringatan Harlah Pancasila dengan cara yang lebih substantif.
Dana solidaritas sebesar Rp8 juta tersebut akan digunakan sebagai modal sebesar Rp7,5 jt dan sisanya untuk kebutuhan EAS sehari-hari. Selain bantuan uang, InSari juga menyerahkan bantuan material berupa popok dewasa untuk EAS yang belum sepenuhnya pulih dari kesehatan fisiknya akibat pukulan badan terutama bagian kedua kaki dari majikan selama 13 bulan lebih.
Penyerahan bantuan disaksikan Pitono, Kepala UPT Dinsos Pemprop Jatim, beserta para pendamping korban. “Selain mengurus Korban EAS, Pemprov Jatim juga mengurus dua anak korban agar terpenuhi hak-haknya terkait pendidikan dan perlindungan,” jelas Pitono.
EAS terkejut dan terharu dengan bantuan solidaritas dari sesama ART tersebut. “Terima kasih kawan-kawan PRT, bantuan akan saya gunakan untuk modal mracangan dan saya nanti lapor terus ke pak Pitono pakai hp anak saya,” ujar EAS terbata-bata.
Berat badan EAS sudah naik drastis, 42 Kg selama 3 bulan, dalam penampungan Dinsos Pemprov Jatim. Saat ini, EAS juga sedang belajar shalat dan berdoa dibimbing para pendamping sosial di Penampungan. Secara spontan, Eva menyerahkan buku catatan dan pulpen miliknya untuk membantu EAS mencatat doa-doa yang dipelajarinya.
“InSari ingin memperingati Harlah Pancasila dengan mengunjungi Sarinah yang sedang membutuhkan perlindungan negara. Kita berharap DPR segera meloloskan RUU PPRT sebagai bentuk kehadiran negara untuk Pekerja Rumah Tangga yang jumlahnya mencapai 10 juta lebih,” ungkap Eva Sundari menjelaskan tujuan kunjungan tersebut.
Menurutnya, Pancasila harus menjadi ideologi yang hidup yaitu untuk menggerakkan Kita membangun sistem yang membebaskan rakyat dari eksploitasi orang ke orang dan bangsa ke bangsa sebagaimana penjelasan Bung Karno.
Ketua Jala PRT Lita Anggraeni menyatakan lega karena dana solidaritas sudah sampai kepada ART EAS dan berharap dana tersebut dapat membantu EAS untuk bisa mandiri secara ekonomi dengan menjadi pedagang.
“Penyiksaan ART terus menerus terjadi. Kita membutuhkan UU PPRT untuk mencegah penyiksaan ART terulang dan syukur bisa dihentikan total. Demi menghidupkan konsep Kemanusiaan”, jelas Lita Anggraeni.