PEMALANG, mediakita.co- Seratus putri domas berjalan diatas karpet merah yang menyelendang diatas jalan. Semilir angin dari sawah, menyatu dengan deru musik gamelan yang mengiringi jejak kaki tanpa alas putri-putri domas itu.
Dua puluh putri domas nampak memegang kendi. Di sendang Pangeran Purbaya, mereka bergilir silih berganti mengambil air penguripan. Sementara puluhan putri domas lainnya yang membawa kembang setaman, terus menaburinya dengan bunga. Tak hanya itu, sebuah tari sekar kinasih yang diusung oleh Sanggar Tari Purbaya yang menjadi simbolik prosesi ritual adat itu, tampil apik melengkapi.
Ribuan pengunjung tumplek berjajar disepanjang jalan dari panngung utama menuju sendang pancuran yang berada di Komplek Wisata Pangeran Purbaya Desa Surajaya, Pemalang-Jawa Tengah, Selasa, 19/18.
Suasana gempita tiba-tiba menjadi hening, ketika Suluk (Suara Solo) serupa dalang dalam adegan pertunjukan wayang berkumandang. Suara riuh angin yang menggelegar memecah bingar bumi Wippas Pangeran Purbaya, mengawali tari Kebo Abang dari Sanggar Kaloka naik pentas. Seonggok asap serupa dupa mengepul, bau kemenyan dan asapnya seperti merayap dan menusuk setiap pori-pori kulit lengan. Merinding !
Sementara, tari Denok Widuri dari Sanggar Tari Serimpi yang diambil dari sebuah cerita rakyat Pemalang yaitu kisah tentang Nyai Widuri, naik pentas kedua sebelum prosesi ritual pengambilan banyu panguripan di sendang Pangeran Purbaya digelar.
Dan tari baritan dikemas dipenghujung acara sebagai simbol pesta rakyat, berturut-turut tampil berikutnya tari jreng yang kocak dan mengocok perut pengunjung persembahan dari Paguyuban Wong Kali Comal (WKC), Pemalang.
Bambang Mugiarto, Ketua Umum Seknas Jokowi Jawa Tengah menyebut acara ini sebagai bentuk apresiasi terhadap seni budaya daerah di Jawa tengah. Dengan mengusung thema Sadumuk Bathuk Sanyari Bumi, acara ini diinisiasi dan digelar oleh organ-organ relawan paslon Gubernur Ganjar-Yasin serempak di 18 titik Kabupaten dan Kota Se-Jawa Tengah.
“Acara ini menjadi kesaksian dan bentuk pengabdian kita sebagai relawan Mas Ganjar dan Gus Yasin kepada masyarakat Jawa Tengah,” tegasnya.
Ia mengaku, acara budaya berbasis seni tradisi ini juga menjadi semacam refleksi kepemimpinan Mas Ganjar Pranowo selama ini yang begitu memperhatikan seni tradisi di Jawa Tengah.
“ Dari jam 10 pagi tadi, kegiatan sudah dimulai dengan berbagai kegiatan adat. Ada tahlilan, sintren, lengger dan ebeg atau kuda lumping yang turut meramaikan. Tidak kurang dari 150 an seniman lokal terlibat diacara ini,” imbuhnya.
Di sela acara tersebut, Calon Gubernur Ganjar Pranowo secara khusus melakukan teleconference dari Kabupaten Cilacap untuk menyapa dan melihat langsung para seniman dan para pengunjung pagelaran seni budaya itu. Dari sudut panggung sebelah barat, sekelompok ibu-ibu secara spontan berteriak histeris, “ Pak Ganjar dua periode”, sambutnya histeris saat disapa sang calon gubernur petahana itu.
Selepas doa yang di pimpin Kyai Imron Khudlori, pengasuh Pondok Pesantren Azahro Pemalang ada sesi pemotongan tumpeng oleh Wasno, sesepuh desa dan pemangku adat diserahkan kepada budayawan Pardo setempat yang diterus serahkan kepada Bambang Mugiarto, sebagai simbol mandat kepadanya dimulainya penulisan buku asal-usul Desa Surajaya dan Kisah Pangeran Purbaya.
Ribuan warga dan pengunjung yang datang sejak jam 09.00 Pagi nampak begitu antuias menikuti seluruh prosesi gelar budaya ini. Seperti diketahui, acara ini didukung ratusan pemain yang melibatkan seluruh pelaku seni di Pemalang. Setidaknya, tercatat ada penampilan rebana dari kelompok PKK RT setempat dan Sintren. Dari Daerah Punggung, tampil atraktif group ebeg dari Desa Gombong, kecamatan Belik.
Penulis : Arief Saefudin