Jalan Panjang Rencana Penutupan Lokalisasi Sunan Kuning hingga Kisah PSK Melayani Pria Hidung Belang 8-15 Orang Permalam dan Pengelola yang Harus Bayar Upeti

Semarang, mediakita.coPemerintah Kota Semarang benar – benar serius akan menutup Lokalisasi Sunan Kuning. Rencana Penutupan Lokalisasi terbesar di Semarang ini sesuai SK Walikota akan resmi ditutup hari ini (18/10/2019).

Rencana penutupan Lokalisasi yang telah berdiri puluhan tahun itu melewati perjalanan panjang hingga beberapa kali ditunda. Hal ini terjadi karena Pemkot Semarang mempertimbangkan banyak hal sebagai dampak dari penutupan tersebut. Selain itu negosiasi dengan pengelola dan PSK yang berada di Sunan Kuning juga cukup alot dan sosialisasi yang butuh waktu.

Setelah melewati perjalanan panjang akhirnya lokalisasi yang terletak di Kalibanteng Kulon Semarang ini akan berhenti beroperasi hari ini. Ada 448 Pekerja Seks Komersial (PSK) yang mengaduh nasib di sini akan mendapat dana tali asih sebesar 5 juta rupiah perorang yang diambil dari APBD Kota Semarang. Tak hanya itu mereka yang akan kembali ke daerah mereka akan difasilitasi oleh pemerintah.

RN (22 tahun) salah satu PSK di Sunan Kuning yang berasal dari Jawa Barat mengaku tak akan pulang ke kampung halamannya.

‘Saya belum ada rencana pulang ke kampung, saya akan mencari nafkah di tempat lain’ ungkapnya kepada mediakita.co

Bacaan Lainnya

RN mengaku sudah hampir lima tahun bekerja di Sunan Kuning dan masuk di sana dengan ajakan seorang teman. Ia mengaku memilih bekerja sebagai PSK karena ia tak punya keterampilan apa – apa untuk bekerja.

‘Saya sudah hampir lima tahun di sini mas, saya diajak Kak RS masuk di sini. Saya terpaksa mas karena saya tidak punya sekolah tidak punya keterampilan. Sekarang ka susah cari kerja, saya pernah mau jadi pembantu rumah tangga tapi saya dimintai ijasah tapi saya tidak punya, akhirnya tidak jadi’ terangnya lagi

RN menyampaikan bahwa pendapatannya sebagai PSK cukup untuk kebutuhannya sehari – hari dan sesekali mengirim untuk keluarga di kampungnya.

‘Kalau lagi ramai kami bisa melayani 8 hingga 15 tamu semalam dengan bayaran bersih 80 ribu setiap tamu. Soalnya sini mas mereka bayar 350rb satu kali pelayanan tapi kan di sini mahal mas, harus bayar kamar, bayar keamanan, dll. Jadi bersihnya 80rb mas’ ungkap RN

Sementara itu seorang pemilik usaha yang tidak mau disebut namanya di Sunan Kuning saat ditanya tentang hal tersebut mengatakan, ‘Ia mas sebenarnya dari bayaran itu kami tak dapat keuntungan apa – apa, kami hanya dapat keuntungan dari penjualan minuman dan makakanan saja itu pun tidak bayak’.

Menurutnya uang yang disetor para PSK kepadanya hanya cukup untuk bayar upeti – upeti untuk pihak yang berkepentingan di sana.

‘Di sini banyak lintah mas’ ungkapnya. ‘Kami harus bayar banyak tagihan tiap bulan mas, mulai dari pemerintah lingkungan seperti RT, RW, Kelurahan, keamanan dari dua instansi dan keamanan dari sini sendiri, belum tiap malam ada – ada saja patroli, ya jadi kami secara tidak langsung harus juga mengerti. ‘Bahkan kalau pengunjung lagi sepi ya harus kami nombokin’ lanjutnya lagi.

RN saat ditanya siapa saja yang paling banyak menggunakan jasanya, RN spontan menjawab, ‘kayaknya pelaut mas’.

RN mengaku setelah penutupan Lokalisasi Sunan Kuning ia tak berencana pulang kampung melainkan akan pindah ke tempat lokalisasi lain. Karena menurutnya di desanya taka da pekerjaan yang bisa dikerjakannya.

‘Ya, gak memungkinkan saya pulang ke desa karena di sana tak ada pekerjaan yang bisa saya lakukan. Ya kemungkinan saya dan teman – teman pindah ke tempat lain mas, sudah ada yang tawarin’ ungkap RN. (prb/mediakita.co)

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.