NASIONAL, mediakita.co– Akun Facebook Kementerian Humor Indonesia mendadak viral karena unggahan video yang menampakan hujan lokal dengan luas hanya 2 Meter (27/11/2019).
Sebelumnya, Banyak pula warganet yang mengira bahwa fenomena itu bukan hujan, tapi emak-emak sedang menyiram tanaman dari lantai atas gedung.
Sampai saat ini (29/11/19) vedeo tersebut sudah mendapatkan 4.122 like, 483 komentar, dan 1.704 share.
Berikut link video hujan lokal pelit :
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2600272280081031&id=371692546272360
Penjelasan BMKG seperti dilansir pojokbandung.com, Kepala Sub Bidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Siswanto, fenomena hujan aneh ini mungkin saja terjadi.
“Bisa disebut hujan langka, karena jarang sekali terjadi hujan turun dengan celah yang sempit seperti itu, dua meter. Biasanya paling enggak, (hujan lokal luasnya) sekian ratus meter hingga sekian kilometer,” kata Siswantoro yang, Kamis (28/11/2019).
“Saat Awan sudah matang, maka titik-titik air dengan diameter tertentu yang merupakan butir butir hujan akan turun akibat tarikan gaya gravitasi bumi,” jelas Siswanto.
Nah, hujan dengan intensitas yang tidak begitu lebat dan durasi singkat biasanya jatuh dari awan tunggal yang tidak begitu besar luas dasar awannya.
Sementara itu, tak semua dasar awan pasti akan menurunkan hujan.
Hanya bagian awan yang golakan udaranya mengarah turun, yang akan menjatuhkan butir-butir hujan melalui celah dasar awan, kemudian butiran hujan itu diturunkan.
Ada butir hujan yang sampai ke permukaan tanah, ada pula yang tidak. Hujan yang tidak sampai ke permukaan tanah karena menguap lagi ke udara disebut virga.
“Karena tidak semua dasar awan itu menurunkan hujan, hanya melalui celah dasar awan pada bagian golakan udara yang turun, bisa jadi hanya turun pada luasan yang semput di permukaan tanah,” terangnya.
Namun, sebagian kita ada yang mendapatkan hujan deras dalam waktu yang lama, sedangkan di kota atau tempat di depan kita tetap kering sepanjang hari, tidak terciprati hujan yang turun, padahal suasana juga mendung.
Dalam situasi seperti ini, kita menyebutnya sebagai hujan lokal.
“Atau ketika kita berkendara, tiba-tiba turun hujan, tapi setelah melaju 1 kilometer di depan tiba-tiba sudah kering lagi. Jadi bergantung pada seberapa luas “celah awan” itu,” jelasnya.
Dari penjelasan Siswanto ini, ada benarnya peribahasa yang berbunyi “mendung tak selamanya jadi hujan”.
Editor : Rizqon Arifiyandi