ajibpol
JAWA TENGAHPERISTIWA

Maraknya Penyemprotan Desinfektan Dimana – Mana Untuk Cegah Covid 19, Ganjar Pranowo: Hentikan Penyemprotan Orang, Berbahaya!

Jateng, mediakita.co – Sejak merebaknya Wabah Covid 19 masyarakat melakukan berbagai cara untuk mencegah penyebaran virus paling berbahaya tersebut. Salah satu cara yang banyak dilakukan adalah melakukan penyemprotan dengan menggunakan desinfektan baik yang dilakukan secara pribadi, kelompok atau pun oleh pemerintah.

Akan hal ini Ganjar Pranowo berpesan agar penyemprotan desinfektan tidak semprotkan kepada manusia. Bahkan ia menyampaikan kalau bisa hindari penyemprotan itu, kalau pun melakukan penyemprotan semprotlah pada benda mati dan komposisinya konsultasikan dengan ahli.

‘Saya melihat banyak sekali penyemprotan. Tolong yang pertama, kalau bisa hindari penyemprotan itu. Tapi kalau anda harus melakukan penyemprotan, semprotlah di benda – benda mati, yang sering dipakai untuk nongkrong, sering dipegang ya, terus komposisinya konsultasikan kepada ahlinya. Jangan sampai itu terhirup’ tutur Ganjar melalui Humas Jateng.

Ganjar juga menghimbau agar penyemprotan pada tubuh manusia dihentikan. Karena berbahaya jika masuk kedalam saluran nafas dan menempel di paru – paru, justru akan membahayakan masa depan.

Baca Juga :  2 Tahun Kepemimpinan Presiden Joko Widodo, Dapat Apresiasi Organisasi Kesehatan Dunia

‘Hentikan penyemprotan orang, apalagi mereka telanjang dan tidak pakai pelindung. Ini akan berbahaya, karena itu akan masuk dan nanti akan nempel di paru – paru. Ini akan membahayakan masa depan’ lanjut Ganjar.

Ia juga menasehatkan jika menyemprot pada ruangan tunggu empat jam baru bisa masuk kembali. Karena itu ia menyarankan jika harus membersihkan dipel saja baik pada ruangan, tempat ibadah atau pun tempat – tempat umum lainnya.

Menurut Dr. Rebriarina Hapsari, MSc. Sp,MK Spesialis Mikrobiologi Klinik dari Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, bahwa penyemprotan pada tempat – tempat umum tidak diperlukan. Hal itu diungkapkan dokter berhijab tersebut dalam wawancara dengan Gubernur Jawa Tengah yang diunggah lewat channel youtube Ganjar Pranowo.

Hapsari berkata, “Untuk penyemprotan di tempat umum, tidak diperlukan. Karena yang lebih efektif adalah permukaan yang sering kena virus seperti di bus umum. Permukaan tersebut yang harus dilap sehingga akan memberikan waktu kontak yang cukup dari bahan aktif itu untuk merusak virus,” terang dr. Rebriarina.

Baca Juga :  Inilah Nama-nama yang Lolos Seleksi JPT Pratama Tahap II Pemkab Pemalang

Rebriarina jugan menjelaskan tentang bahaya dalam menyemprotkan disinfektan untuk mencegah penularan virus corona. Kesalahan dalam disinektan justru akan membuat seseorang mengalami iritasi akibat tidak sengaja menghirup zat beracun.

“Seseorang akan menghirup bahan aktif tersebut. Itu akan beda apabila bahan aktif tersebut terkena kulit. Kulit diciptakan lebih tahan terhadap bahan-bahan iritan. Kalau sampai itu terhirup oleh paru-paru maka selnya tidak sehebat kulit. Itu akan menyebabkan luka pada paru-paru yang berujung pada keganasan,” lanjutnya.

Selanjutnya Rebriarina membandingkan kasus COVID-19 dengan kasus flu burung yang menyerang Indonesia pada 2005. Pada kasus flu burung, banyak unggas yang disemprot disinfektan untuk menekan penyebaran penyakit.

“Penyemprotan disinfektan efektif pada kasus flu burung, di mana unggas disemprotin semua. Kita harus melihat bahwa unggas tidak bisa mandi sementara manusia bisa mandi. Unggas juga tidak bisa sampai tiga tahun baru dipanen, jadi kerusakan di paru-parunya belum terlihat,” tuntasnya.

Artikel Lainnya