Banyak yang bertanya kepada saya; para pimpinan partai pada ke mana ya mas? Koq sepi gerakan dan arahan berikut kemunculan mereka di medan tempur melawan Corona?
Agar pertanyaan tidak berlanjut, saya jawab singkat…ya para pimpinan partai pasti lah di rumah atau kantor masing-masing. Sebuah jawaban yang sangat memalukan. Karena berusaha mencoba untuk tidak mengembangkan percakapan sebagaimana yang mereka harapkan.
Sangat mudah dibaca apa yang ada dalam pikiran mereka dan sebesar apa gumpalan kekecewaan yang menumpuk dari hari ke hari dalam hati mereka. Mereka sangat berharap hadirnya sebuah peristiwa sebagaimana para pimpinan partai beraksi di lapangan semasa Pemilu yang lalu. Begitu penuh perhatian, bahkan yang tidak rakyat minta pun mereka beri dengan penuh semangat.
Rakyat pun membayangkan betapa indahnya bila para pimpinan partai dalam suasana darurat Corona ini, turun ke lapangan langsung menyapa dan membantu rakyat, konstituen mereka, yang sangat membutuhkan uluran tangan.
Rakyat walau hanya sebatas mimpi, sangat berharap melihat para pimpinan partai di republik ini duduk satu meja mendesain sebuah langkah bersama. Tentunya terdorong oleh kesadaran bahwa dengan bergotong royong dan bahu membahu antar pempinan partai, perang melawan gempuran virus Covid-19 dapat dimenangkan lebih cepat dan tepat.
Bayangkan bila pimpinan dan rakyat pendukungnya berada dalam satu gerak, dipastikan tebaran dan gempuran virus Covid-19 yang pandemik, dapat dipatahkan dan dipadamkan penebarannya lebih terarah dan lebih cepat. Satu komando dari tingkat DPP hingga anak ranting dijalankan, maka gerakan yang tertata, terukur, dan terkendali dengan mudah dapat diwujudkan.
Terbayang bagaimana hebatnya gerakan ini bila para kader partai PDIP bergandeng tangan dengan kader PKS, PAN, Demokrat, Golkar, Gerindra, Nasdem, PPP, PKB, Hanura, dan lainnya. Kebersamaan mereka muncul di setiap pelosok tanah air. Mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten-kota, hingga pelosok kampung dan desa.
Mereka pun membangun posko bersama. Posko yang memberi bantuan, mulai dari informasi hingga kebutuhan pokok yang diperlukan selama pergerakan sosial ekonomi tersendat dan setengah mandeg.
Lewat lengkah kebersamaan ini pasti lah rakyat akan merasa terlindungi dan nyaman hidup walau dalam kesulitan karena partai-partai pilihan mereka semasa Pemilu, tetap memberikan perhatian, perlindungan, dan bahkan bantuan.
Kehadiran partai yang mewakili suara mereka pun terasa berguna untuk terus dijaga keberadaannya oleh mereka. Tidak hanya terasa hadir dengan pendekatan eksploitatif dan tipu daya lewat rayuan gombal untuk dapat mngantongi suara rakyat hanya ketika Pemilu digelar 5 tahun sekali.
Mimpi dan harapan rakyat banyak ini hendaknya diperhatikan sungguh-sungguh oleh para pimpinan partai, terutama yang memiliki kursi di parlemen.
Jangan pada saat diperlukan mereka dengan lantang berseru bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan. Akan tetapi ketika menang dan berkuasa, dirinya malah bermetamorpose menjadi Tuhan-Tuhan kecil. Suatu perdaban berpolitik yang sangat a moral dan tak beradab.
Sampai detik tulisan ini diturunkan, harapan rakyat ini hanya lah sebuah bentuk mimpinya rakyat di siang bolong. Walau sebenarnya ini bukan sesuatu yang utopis untuk dapat direlisir. Mimpi indah ini jelas sangat bisa untuk diwujudkan. Tentu sangat mungkin dan sangat bisa.
Hanya diperlukan satu persyaratan yang bersifat mutlak. Para pimpinan partai harus benar-benar telah memahami, meresapi, menjiwai, menerima sepenuh hati dan pikiran. Pancasila sebagai pijakan dasar pandangan hidup mereka sebagai individu warga bangsa Indonesia.
Lewat pemenuhan persyaratan ini, mereka pasti akan memahami mengapa Bung Karno memeras lima sila ke dalam satu sila dengan menyodorkan ‘Got…