PEMALANG, mediakita.co- Keterlambatan pembayaran intensif dokter dan tenaga kesehatan (nakes) di Pemalang bukan kali yang pertama. Jauh sebelum pandemi, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pemalang juga pernah ngemplang pembayaran intensif dokter dan nakes.
Hal itu diungkap dokter spesialis syaraf, Isnaini Junianto dalam sebuah percakapan dimedia sosial yang melibatkan mantan Sekretaris Daerah (Sekda) Pemalang, Budhi Raharjo (BR).
Dalam unggahannya, akun Facebook BRcentre menyoroti pentingnya pemkab Pemalang menentukan skala prioritas dalam penggunaan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Skala prioritas penggunaan anggaran tersebut disebutnya dengan mempertimbangkan azas kepatutan dan moral.
Disebutkan akun @BRcentre, mengapresiasi penyeritan yang diputuskan oleh ketua dewan terhadap pokir sebagai bentuk tanggung jawab moral dewan terhadap divisit perhitungan APBD Perubahan 2021. Penyeritan terhadap pokir ini menurutnya dengan mengorbankan constituent.
“Pemotongan tukin PNS 50% juga merupakan pengorbanan PNS untuk nutup divisit,” tulisnya, dikutip mediakita.co Jumat (17/09/2021).
Meski demikian, BRcentre mengkritisi pentingnya azas kepatutan dan etika moral dalam penggunaan anggaran itu. Demi azas kepatutan dan etika moral itu, Pemkab Pemalang diminta untuk memprioritaskan penggunaan anggarannya pada hal-hal yang mendesak dan darurat.
“Bila penggunaannya ternyata mengada-ada yaitu tidak untuk kebutuhan yang benar-benar mendesak darurat untuk keselamatan rakyat, maka pada situasi pendemi covid 19 ini, Eksekutif jelas-jelas telah melanggar azas kepatutan dan etika moral,” kata Budhi Rahardjo, melalui akun BRcentre.
Defisit APBD 2021
Menanggapi unggahan tersebut, Isnaini Junianto menyatakan pengorbanan pemotongan tukin PNS/ASN sudah selayaknya dibuka peruntukannya.
Karena menurut dokter yang aktif dikegiatan sosial dan politik ini, pemotongan itu telah dijelaskan demi menambal defisit APBD untuk membayar tunggakan honor dokter dan nakes dalam menangani pandemi covid-19.
Dengan peruntukan anggaran membayar tunggakan intensif dokter dan nakes yang menangani pandemi Covid-19, Isnaini menyanggah penyataan BR bila masih disoal azas kepatutan dan etika moralnya.
Sebaliknya, ngemplang intensif dokter dan nakes dengan alasan APBD digunakan untuk membayar tunggakan BPJS daerah pada pemerintahan periode sebelumnya dipertanyakan azas kepatutan dan etika moralnya.
“Bayar hutang tagihan BPJS daerah (jamkesda) buat rakyat, kalau ini menurut BR Center patut dan beretika atau tidak ?,” kata dokter spesialis nyentrik ini balik menanyakan.
Layaknya permainan catur, BR seperti di skakmat dengan pertanyaan yang bernada menggugat itu. BRcentre tak bergeming apalagi dengan menanggapi pertanyaan itu.
(klik ke kehalaman selanjutnya…)
Tak sampai disitu, Isnaini kembali menyampaikan komentar yang bikin warganet tambah melongo. Pasalnya, secara fulgar Isnaini mengungkap bahwa saat BR masih aktif sebgai sekda Pemkab Pemalang, honor dokter dan nakes juga pernah dikemplang.
Dijelaskan alasannya, saat itu anggaran justru digunakan untuk belanja lain yang diukur hanya menurut pandangan sepihak. Pandangan sepihak yang tersurat dalam komentarnya itu mempertanyakan kesesuainnya dengan azas kepatutan dan etika moral sebagaimana kini tengah digaungkannya.
“Saat masih aktif dulu, pemkab juga pernah “ngemplang” honor dokter & nakes selama 2 tahun anggaran, tapi malah belanja yang lain dengan “urgency” berdasar pandangan sepihak saja,” tandasnya.
Hingga berita ini diturunkan, komentar tersebut tidak ditanggapi meski sudah melewati waktu 20 jam. Alih-alih menanggapi, akun BRcentre ini justru telah mengunggah status dengan tema berbeda.
Sementara, sejumlah warganet masih memberikan tanggapan diunggahan ini. Disampaikan oleh akun @Ayahe Faren Syifa dalam kolom komentarnya, sejak sekda BR di kritik tentang jalan di pemalang yang masih saja tetap masih rusak.
“Lah ora pan mikir defisit atau apalah.. Warga koyo enyong tah ngerti ne.. Dalane alus.. Wong awet biyen jamane pak BR dadi sekda teko saiki kayonge dalan nggo aku rusak bae.. Ora di bener bener na..Pada ngomong apa,” tukasnya.
Oleh : Arief Syaefudin