PEMALANG, mediakita.co – Bagi masyarakat wilayah Pemalang selatan seperti Watukumpul, Belik dan Pulosari, dalam beberapa urusan memilih ke Purbalingga dari pada ke Pemalang. Selain faktor keterjangkauan geografis, ternyata faktor budaya Banyumasan dirasa lebih familier bagi mereka.
“Lah, tiyang Purbalingga niku langkung semedulur angklehe napa nggih. Kados kula, nek sanjangan kalih tiyang Pemalang niku kados pyar-pyaran atine. Kereng-kereng napa nggih?” kata Cumul (52), warga Desa Gunungtiga Kecamatan Belik.
Menurutnya, orang Purbalingga lebih familier pembawaannya. Bagi dirinya, kalau berkomunikasi dengan orang Pemalang seperti dag-dig dug karena logatnya yang lebih terkesan garang. Karena itulah, dalam urusan tertentu masyarakat setempat lebih memilih ke Purbalingga.
Untuk urusan yang berkaitan dengan kebutuhan ekonomi dan kesehatan, menurut Suwardi (46), penduduk Desa Clekatakan Kecamatan Pulosari mengatakan bahwa masyarakat diwilayahnya lebih cenderung memilih ke Wilayah Banyumas seperti Purbalingga dan Purwokerto. “Masyarakat sini kalau berobat lebih banyak memilih ke Purbalingga. Alasannya sederhana, di Purbalingga pelayannya lebih familier dan ramah,” kisahnya.
Selain di bidang kesehatan, lanjut Suwardi, untuk kebutuhan belanja alat bangunan dan sarana produksi pertanian juga cenderung memilih ke wilayah Purbalingga. Baik ke Bobocari maupun yang terdekat ke komplek pasar Pratin Kecamatan Karangreja. “Kadang kalau belanja banyak ke Bobocari atau ke pasar pratin. Pedagangnya sudah kenal, kadang di telpon saja bisa minta tolong dititipkan ke mobil angkutan. Kalau di pasar Belik atau Gombong, jarang yang kenal,” ungkapnya.
BACA JUGA :
Wong Pekalongan Ciptakan Kapal Baru
Sebuah Mobil Sedan Ringsek Akibat Kecelakaan di Jalur Pantura Tegal
Dalang Jancok Bikin Gemuruh UNIKAL
Salah seorang budayawan, Puji Dwi Darmoko, M.Hum, yang pernah menjadi anggota Tim Penilai Pelayanan Prima yang diangkat Bupati Pemalang menyatakan, mentalitas budaya yang terkesan tidak ramah dan tidak bersahabat memang seringkali dipertontonkan oleh sebagian para pelaku pelayanan kesehatan di berbagai rumah-rumah kesehatan di Pemalang terutama yang berstatus negeri.
“Terlepas bahwa secara kultural memang ada perbedaan mendasar antara masyarakat pantura yang perangainya cenderung lebih keras dibandingkan dengan kultur Masyarakat Banyumas yang familier,” jelasnya. (R-01)