ajibpol
DAERAHSEJARAH & BUDAYA

Ada Bidadari di Telaga Silating

PEMALANG, mediakita.co- Di sebuah lembah berpagar perbukitan hijau. Berhadapan dengan hamparan sawah berteras yang indah dengan tanaman padi dan palawija. Telaga satu ini memang memiliki keistimewaan yang alami.

Orang menyebutnya Telaga Silating, sebuah telaga yang tidak diketahui kapan munculnya dan kapan pula legenda bermula sehingga menjadi sebuah obyek kunjungan sekarang ini. Yang pasti saban hari puluhan orang bertandang menyaksikan kecantikannya. Mengagumi airnya yang bening dan tak pernah kering sepanjang tahun. Mengagumi panorama alam nan indah memikat di sekitarnya.

Berada di surut desa nan tenteram damai. Sikasur, sebuah desa dinamik di wilayah Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang. Silating tak sekadar telaga berair bening, telaga elok yang lazim dijadikan tempat berekreasi untuk melepas kejenuhan.

Namun di telaga seluas satu hektar itu ada ‘sesuatu’ yang layak didengar. Yakni kisah tentang sekelompok bidadari yang bermandiria di telaga. Mahluk berparas cantik itu menjadikannya arena bermain dan bersendagurau setelah lelah menjelajah angkasa raya.

Benarkah legenda itu adanya? Mas Kodrah (40) yang bertugas disitu mengaku tidak pernah mendengar adanya legenda tersebut. Yang dia tahu telaga Silating sekarang adalah obyek wisata yang ramai dikunjungi pelancong, khususnya hari libur dan hari Lebaran. Letaknya pun tidak jauh dari kota Randudongkal. Atau sekitar 33 Km dari kota Pemalang.

Baca Juga :  Menuju New Normal, Warung Kopi Pantura Ramai Pengunjung

“Kalau hari biasa sepi, hanya satu dua orang yang datang, nanti ramai kalau Lebaran,” jelas pegawai Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) itu kepada mediakita.co di tempatnya bertugas baru-baru ini.

Tak mengapa. Karena bibadari yang dilegendakan pun tak butuh pengakuan. Bahkan mungkin juga tidak butuh dimediakan. Yang pasti mereka tetap ada disana. Di alam keindahan panorama Telaga Silating yang saat ini sarana serta fasilitas penunjang rekreasinya sudah minta direnovasi total.

Bidadari memang leluasa menjadi lakon legenda. Legenda lain yang tak kalan menakjubkan adalah julukan sebagai telaga Tapak Bima. Ya, telapak kaki tokoh wayang ksatria panengah Pandawa itu boleh saja ‘tertinggal’ di kawasan hijau royo-royo sudut Desa Sikasur. Konon saking gedenya telapak kaki itu membentuk kubangan yang kemudian berangsur menjadi sebuah telaga.

Telaga Silating adalah telaga keprihatinan. Apa pasal? Tidak lain karena sarana penunjangnya sudah minta ampun, memprihatinkan. Ada sepuluh becak air yang sebagian sudah tidak bisa digunakan. Yang masih bisa dioperasikan kondisinya juga memelas, fisik mulai reyot dan cat-nya pun mengelupas.

Baca Juga :  Pemerintah Izinkan Sekolah Pungut Dana Masyarakat, Saber Pungli Bantah Keluarkan 58 Item Pungli ?

Ada sebidang taman di seputar telaga. Tapi kondisinya rusak berantakan, bukan tidak terawat rupanya. Melainkan fisiknya yang mulai rusak disana-sini. Dipandang mata, jelas tidak asri. Yang jelas, telaga ini butuh ragat besar untuk jadi obyek representatif, kata seorang pengunjung yang enggan disebut namanya.

“Kalau ditata apik telaga ini bisa lebih menarik, tapi biayanya pasti sangat besar, tinggal niat atau tidak….!” ujarnya.

Ya, bibadari yang dilegendakan sebenarnya telaga itu sendiri. Kalau ditata dan dipoles sedemikian rupa, pasti wajahnya menjadi ayu memikat. Ibarat gadis desa yang bersolek dan berdandan, telaga ini pasti bakalan menjadi obyek kunjungan yang penting bagi pelancong lokal maupun daerah luar sana.

Tidak percaya? Buktikan saja. Tangani Silating dengan sentuhan kepariwisataan yang profesional. Dijamin para pelancong datang berbondong.

Oleh : Ikrom

 

Artikel Lainnya