Baru! Pendidikan dengan Pendekatan DNA Darah

Pendidikan dengan Pendekatan DNA Darah

NASIONAL, medikita.co – Sistem Pendidikan Indonesia belum memberikan pengaruh signifikan terhadap pembangunan manusia Indonesia. Hal ini terungkap dalam Webinar Nasional bertajuk, ‘Seni Mendidik dengan Pendekatan DNA Darah’ yang diadakan oleh Kelompok Tugas Pendidikan Agama Kristen Bimas Kristen dan Christian Education 4.0 (30/6/2020).

Menurut Piter Randan Bua selaku pembicara dalam Webinar tersebut bahwa Indeks Pembangunan  Manusia Indonesia yang berada di peringkat enam dari sepuluh negara di Asia Tenggara membuktikan bahwa sistem Pendidikan Indonesia sedang bermasalah.  Ia juga menambahkan bahwa negara – negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand yang sebelumnya belajar kepada Indonesia melaju lebih cepat di depan Indonesia.

Berhubungan dengan hal itu ia mengembangkan sebuah pendekatan pendidikan yang baru dengan pendekatan DNA Darah. Menurutnya salah satu strategi Pendidikan yang perlu dilakukan adalah memperhatikan struktur penyusun tubuh manusia itu sendiri yaitu DNA Darah yang berada dalam semua organ tubuh manusia.

Ia berucap seorang juru masak yang profesional akan memasak setiap makanan berdasarkan sifat dan karakteristik dari bahan makanan tersebut untuk mendapatkan manfaat dan cita rasa terbaik. Demikian pula pendekatan Pendidikan pada setiap orang harus disesuaikan dengan sifat dan karakteristik mereka. Karena menurut dia setiap orang memiliki cara yang berbeda – beda dalam menyerap informasi dari lingkungannya berdasarkan fugsi otaknya yang dapat doketahui dari DNA darahnya.

‘Setiap orang memiliki fungsi otak berbeda – beda ada yang dominan dengan otak kiri, ada pula dengan otak kanan, ada yang menggunakan otak kiri dan otak kanan secara bergantian, ada pula yang menggunakannya secara bersamaan. Ada yang efektif menerima pelajaran dalam bentuk gambar namun ada pula yang efektif dengan narasi’ tutur Pendiri ABO Center Indonesia tersebut.

Bacaan Lainnya

Ia juga menambahkan bahwa, dengan adanya perbedaan menggunakan otak tersebut maka cara menyerap pelajaran dan metode belajar pun akan berbeda pula. Hal ini dengan mudah dapat dimengerti berdasarkan DNA darahnya.

‘Bayangkan jika guru tidak memahami hal ini, maka i a an memperlakukan semua muridnya sama padahal cara mereka menyerap pelajaran berbeda’ ungkapnya.

Piter mengukuhkan pernyataannya dengan ungkapan ilmuan tersohor Albert Einstein yang mengatakan, ‘Setiap anak itu jenius. Tetapi menilai ikan berdasarkan kemampuan memanjat akan mengakibatkan ia merasa paling bodoh seumur hidupnya’.

Sementara itu Rustina Noveni salah seorang guru yang ikut dalam Webinar tersebut mengaku ilmu yang diterimanya tersebut sangat menakjubkan dan sangat mudah untuk dilaksanakan

‘Luar biasa ilmu ini sangat menakjubkan. Selama ini saya telah salah menilai dan salah memperlakukan murid – murid saya. Setelah menerima ilmu ini sepertinya saya ingin berlari memeluk murid – murid saya dan meminta maaf karena telah salah menilai mereka’ tutur Rustina.

Selain Piter Randan Bua hadir pula sebagai pembibacara adalah  Eva Dipanti Tumba yang telah sepuluh tahun bergelut di bidang golongan darah. Eva menyebutkan bahwa setiap golongan darah memiliki ritme berbeda – beda dalam menghadapi tekanan. Ia menyebutkan golongan darah O misalnya dalam menghadapi tekanan cenderung tenang namun bila tekanannya semakin melampaui ambang batas maka ia akan kehilangan keseimbangan. Berbeda denga golongan darah A adalah kebalikan golongan darah O. Orang bergolongan darah A dalam menghadapi tekanan, ia penuh dengan kekuatiran di depan namun jika tekanannya semakin melampaui batas maka ia akan sangat tenang. Demikian pula dengan golongan darah B dan AB memiliki ritme sendiri dalam menghadapi tekanan.

Diakhir Webinar Piter Randan Bua menyampaikan harapannya pendekatan yang sangat baru ini dapat diterapkan sebagai salah satu pendekatan dalam Pendidikan di Indonesia.

‘Saya berharap pendekatan DNA darah ini dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam Pendidikan Indonesia. Lebih jauh saya berharap pendekatan ini masuk dalam kurikulum pembelajaran para calon guru di kampus – kampus Pendidikan  di Indonesia’ tutup Penulis Buku ABO Leadership tersebut.(Prb/mediakita.co)

 

Pos terkait