Mahasiswa Jual Agar-agar Sambil Pikul Perpustakaan Keliling

Mahasiswa Jual Agar-agar Sambil Pikul Perpustakaan Keliling
Mahasiswa Jual Agar-agar Sambil Pikul Perpustakaan Keliling

Budi Rustandi adalah seorang mahasiswa perguruan tinggi negeri (PTN) di Bandung. Kesehariannya, selain menjadi mahasiswa, dia juga berjualan agar-agar. Biasanya dia berkeliling menjajakan dagangannya dari tempat tinggal kawasan Ujung Berung hingga Cibiru Hilir Kota Bandung sambil berjalan kaki.

Berangkat dari keluarga yang kurang mampu, membuat Budi harus berdagang sambil kuliah agar bisa memenuhi kebutuhan hidup. Sejak 2010, dia sudah melakoni hal ini.

Sekitar empat bulan yang lalu, ada yang berbeda dari barang jualannya. Pasalnya, Budi tidak hanya memikul agar-agar yang dijual, tetapi juga puluhan buku bacaan. Seperti, novel, buku agama, komik hingga buku filsafat. Kerennya lagi, semua buku itu adalah miliknya.

Menariknya, buku yang dibawa Budi berkeliling bukan untuk dijual, tapi untuk dibaca. Budi sengaja menyulap sebagian ruang pikulnya untuk dijadikan perpustakaan keliling.

“Muncul ide buat perpustakaan keliling ini sekitar empat bulan lalu. Saya ingin menularkan minat baca dan berbagi ilmu dari buku-buku yang dibawa ke masyarakat,” kata Budi, sebagaimana dikutip Detik.com, Selasa (11/01/2017).

Bacaan Lainnya

Mahasiswa semester tujuh ini mengaku membuat perpustakaan keliling terinspirasi kegiatan kemasyarakatan yang pernah diikutinya. Saat itu ia bersama sejumlah mahasiswa pernah membuat perpustakaan.

“Waktu itu saya pernah sama teman-teman (mahasiswa) bikin perpustakaan sebagai kegiatan kemasyarakat. Tapi kalau perpustakaan di suatu tempat itu butuh uang buat nyewa dan belum tentu masyarakat mau menghampiri. Jadi Saya memilih jemput bola (perpustakaan keliling),” ucap dia.

Perpustakaan keliling milik Budi tidak hanya memfasilitasi buku-buku untuk dibaca oleh masyarakat. Tetapi Budi juga menyempatkan berdiskusi tentang buku yang dibaca oleh masyarakat sesama pedagang maupun warga sekitar. Respon masyarakat terhadap perpustakaan keliling miliknya pun cukup baik.

“Ada juga masyarakat yang pinjam, saya persilahkan. Berarti minat baca masyarakat masih ada, justru itu yang saya inginkan dengan perpustakaan ini,” terang Budi.

Kesibukannya berjualan agar-agar dan perpustakaan keliling ini tak membuatnya melupakan kewajiban sebagai seorang mahasiswa. Ia tetap mengutamakan pendidikannya sambil mencari biaya untuk kehidupannya.

Tak dipungkiri, dengan mengurangi jumlah agar-agar yang dijual lantaran digantikan dengan buku, membuat pendapatannya berkurang. Tetapi keinginannya untuk menebarkan virus membaca kepada masyarakat itu membuatnya menjadikan perpustakaan keliling ini sesuatu yang berharga.

“Walau pun saya orang kurang mampu, tapi daya ingin menunjukkan bahwa pendidikan itu penting. Enggak semua hal bisa dibeli pakai uang, perpus keliling ini keinginan saya dari hati, Saya bisa kuliah sejauh ini dari jualan agar-agar, walaupun awal-awal saya dibantu-bantu biaya oleh dosen saya. Setiap hari alhamdulillah bisa nabung Rp 20 ribu untuk biaya kuliah,” ungkapnya.

Ia berharap ke depan, bisa membentuk komunitas perpustakaan keliling. “Saya pengen nanti bikin komunitas perpustakaan keliling. Anggotanya para pedagang juga. Sudah ada dua pedagang yang mau, cuman kendalanya bukunya belum ada,” pungkas Budi.

sumber : detik.com

oleh : anep

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.