CERITA RAKYAT, mediakita.co– Cerita Legenda Jalan Gombel Lama merupakan salah satu cerita rakyat yang berasal dari Kecamatan Banyumanik, Semarang, Jawa Tengah. Jalan Gombel Lama terletak di Kelurahan Tinjomoyo yang menghubungkan antara Semarang atas dan Semarang bawah.
Dikisahkan, dahulu saat Kelurahan Tinjomoyo masih berupa hutan belantara, hidup seorang janda tak beranak bernama Surti. Mungkin lantaran tak punya anak, Surti dikenal sangat penyanyang terhadap anak-anak kecil di wilayah sekitarnya.
Menurut penuturan warga setempat, Janda Surti juga memiliki penampilan khas. Surti digambarkan selalu tampil bepakaian compang-camping dengan rambut kusut terurai panjang. Karena penampilannya itu, oleh orang-orang sekitar, Surti dijuluki gombal amoh atau gombal lama.
Tak hanya itu, diceritakan oleh orang-orang diwilayah itu bahwa Surti juga memiliki kebiasaan yang tergolong tak biasa. Ia senang mandi di sebuah sendang dekat petilasan. Disebut petilasan, biasanya tempat tersebut dianggap memiliki kaitan dengan persinggahannya tokoh penting dimasa lalu.
Setelah Surti meninggal, petilasan itu kemudian dikenal dengan nama Sendang Wewe. Sebutan itu bermula dari cerita orang-orang disekitar sendang yang sering mendapati penampakan arwah Surti. Dalam penampakannya, Surti masih dengan penampilannya yang sama semasa hidup. Rambut kusut dan terurai panjang.
Penampakan sosok Almarhum Surti di sendang itu, oleh warga dianggap sebagai hantu wewe. Karena penampakan hantu wewe ditempat itu masih dengan pakaian gombal yang compang-camping, oleh warga disebut sebagai Wewe Gombel.
Mitos yang berkembang, bagi orang-orang sekitar, terutama perempuan yang akan mandi di sendang, dipercaya harus memakai kemben (pakaian kain batik agak terbuka). Hal tersebut dipercaya dapat melindungi diri dari gangguan roh-roh jahat. Selain sebagai bentuk rasa hormat kepada Nyi Wewe.
Dikisahkan, dahulu saat Kelurahan Tinjomoyo masih berupa hutan belantara, di tepian jalan ada pohon besar. Di pohon besar pinggir jalan itu, wewe gombel ini sering menampakkan diri.
Menurut penuturan orang-orang di wilayah itu, Wewe Gombel ini juga sering menculik atau menyembunyikan anak- anak dari orang tuanya. Katanya, cara ini sebagai cara Wewe Gombel memberi pelajaran bagi para orang tua agar menjaga dan menyayangi anaknya dengan baik.
Dari sinilah, Jalan Gombel kemudian dikenal dengan cerita mistisnya tetang wewe gombel. Sejak saat itu pula, orang-orang sekitar menyebut jalan ini dengan jalan gombel.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, Sendang Wewe yang biasa digunakan mandi oleh masyarakat ini direnovasi oleh pemerintah. Saat ini, sudah terbangun mushola di atasnya dan sumber air sendang telah disalurkan ke pemukiman warga.
Supardi, selaku takmir musholla dekat Sendang Wewe menuturkan bahwa, dahulu sebelum dibangun mushola tersebut, sering terdengar suara orang mandi di dekat sumber air pada tengah malam. Namun, setelah didirikan mushola, suara tersebut hilang.
Meski begitu, gangguan berganti dengan cara lain. Supardi mengaku, sering merasakan adanya gangguan saat sholat malam atau mengaji. Namun, setelah pemukiman bertambah ramai, gangguan-gangguan tersebut sudah mulai tidak dirasakan. Saat ini, mushola tersebut digunakan secara umum oleh masyarakat setempat.
Menurut Supardi, keberadaan cerita legenda Jalan Gombel Lama hingga saat ini masih tetap dipercaya masyarakat. Meskipun, antusiasmenya tidak seperti dulu.
“Tetapi, tetap saja masyarakat berusaha menjaga warisan budaya tersebut. Untuk mengenangnya, biasanya masyarakat mengadakan Sedekah Bumi dan selametan.” tutur Sumardi, ketua RW setempat.
Oleh : Shobikhatul Fakhriyah