ajibpol
OPINI

Peringatan Kemerdekaan Bangun Imunitas, Melawan Radikalisme, dan Penyemaian Kepemimpinan Nasional

Menggugah nasionalisme rakyat melalui gerakkan pengibaran bendera merah putih sebulan penuh di bulan Agustus 2021 ini sungguh sangat strategis, pasalnya imunitas rakyat di tengah pandemi akan bertumbuh seiring semangat tumbuhnya nasionalisme rakyat.

Nasionalisme rakyat amatlah penting untuk digerakkan, terutama disaat kebanggaan terhadap negaranya mengalami degradasi seiring penerapan PPKM sebagai upaya pengendalian angka positif Covid-19, serta kematian pasien Covid-19 yang tidak terkendali saat ini.

Dari sini tidak dipungkiri banyak rakyat yang marah dan antipati terhadap pemerintah. Oleh karena itu gerakkan pengibaran bendera merah putih dan umbul-umbul dengan dominasi warna merah-putih sebulan penuh setidaknya mampu membendung gerakan pembangkangan buat sebagian kelompok, yang menghendaki penggantian ideologi negara serta pudarnya bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Kebijakan pengibaran bendera serentak sebulan penuh di momen peringatan Kemerdekaan RI buat sebagian orang nampak direspon dengan pembangkangan. Nampak ada gerakan terstruktur memanfaatkan momen hari kemerdekaan RI, mereka sengaja mengibarkan bendera Palestina saat negara mewajibkan rakyatnya mengibarkan bendera merah putih. Ini adalah pembangkangan serius dan bukti kelompok radikal terang-terangan menantang kedaulatan negara, menantang instrumen negara.

Organisasi radikal saat ini sedang berhibernasi, mereka menunggu momen tepat yang mampu membangun kesadaran bersama dan mempersatukan mereka untuk bergerak. Mereka akan bergerak ketika negara tidak ada tindakan tegas, mereka akan bergerak ketika negara lemah. Momen peringatan kemerdekaan RI sepertinya akan mereka pakai untuk menunjukkan eksistensinya. Ada hidden agenda yang sedang mereka buat.

Baca Juga :  "Sepakat Di 14" Menawar Bekerja Film di Indonesia

Menjadi pekerjaan rumha bersama, terutama kepala negara agar persoalan gerombolan radikalis ini menjadi prioritas untuk segera diselesaikan, kalau tidak ancaman disintegrasi bangsa sudah di depan mata, dan NKRI bisa tinggal nama saja.

Maraknya parade baliho sosok capres 2024 akhir-akhir ini, menurut penulis sosok capres yang teramat penting adalah komitmen dan kemampuannya dalam menyelesaikan ancaman kelompok radikal di negara ini. Indonesia sangat mengharapkan sosok presiden maupun capres ke depan mampu membersihkan negara dari kelompok radikal yang saat ini masih eksis.

Negeri ini harus kita akui masih miskin “kader” calon pemimpin nasional yang pure lahir dari grassroots, itulah sebabnya saat perhatian massa mengarah 2024 sosialisasi atau tepatnya parade pencitraan diri melalui baliho pun kian menjadi-jadi.

Anehnya, masyarakat kita tidak terbawa dalam pencitraan model alay tersebut. Rakyat sudah terlanjur terbawa dalam persepsi dan labeling bahwa pemimpin nasional ke depan minimal mendekati model-model seperti Jokowi, seorang presiden dengan gaya kepemimpinan yang telah terbentuk dari grassroots.

Jokowi memang presiden yang lahir dari masyarakat biasa, lahir dari grassroots, itu sebabnya beliau lekat dengan kehidupan sederhana, pekerja keras, merakyat, tidak bergaya bossy, berorientasi kerakyatan dan jauh dari gaya-gaya feodal.

Baca Juga :  Mudik dan Tradisi Islam Nusantara

Rakyat sudah terstigma dan memiliki kesamaan persepsi bahwa pengganti Jokowi setidak-tidaknya tidak jauh-jauh berbeda dengan model kepemimpinan seperti Jokowi. Itu berarti pencitraan ala baliho jelas melahirkan olok-olok massa dan sama sekali tidak efektif, apalagi dilakukan di tengah-tengah pandemi. Masifnya pencitraan diri justru makin memudahkan penilaian bahwa calon-calon pemimpin yang ada di baliho tersebut, jelas tidak memiliki sense of crisis dan justru menjadi kontra produktif.

Kampanye paling efektif adalah para calon mesti di kenal oleh rakyat karena kesibukannya mengurus rakyat, rajin memberikan solusi-solusi brilliant dalam mengurai persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat. Ia mesti memiliki sense of crisis tinggi, karenanya ia tidak ditemukan di baliho melainkan dalam aksi-aksi penuntasan pandemi Covid-19. Ia bersama rakyat larut dalam hingar bingar penyelamatan rakyat, inilah “baliho” sesungguhnya yang akan terekam begitu kuat oleh rakyat.

 

Penulis:

Mirmantyo Anggonolukito

Ketua Umum Relawan Indonesia Maju (REIMA)

Artikel Lainnya