Puisi Karya Rustono

Jika Engkau Bertanya

Jika engkau bertanya kepadaku, anakku
Berapa lamakah pernikahan kami?
Setua pohon belimbing yang tumbuh di depan rumah

Tumbuh menjulang tinggi ke angkasa setinggi hidup ini
Dengan buah memenuhi setiap ranting
Buah cinta dari perjalanan hidup ini

Setiap hari dengan tekun istriku menyirami
Mengambil membersihkan rumput sampah di sekitarnya
Seberaih jiwa yang ditanamkan pada kalian anak-anakku

Kini pohon itu telah tumbuh tinggi
Buahnya ada di setiap ranting
Ketika anak-anak kecil saling berebut untuk memanjat
Hanya untuk memetik, kami selalu khawatir takut mereka jarah

Ah, rupanya
Dibanding memakai tongkat
Anak-anak kecil lebih senang memetik dengan manjat

Bacaan Lainnya

 

Kurusetra

Di tanah kurusetra Arjuna tampak bimbang
Bukan kalah menang dalam perang
Di hadapanya berdiri Sang Karna
Kakak tercinta menatap penuh wibawa

Keraguan sangat jelas
Melintas pada wajah tampak membekas
Antara terus maju apa berhenti
Demi rasa hormat di hati

Di tanah kurusetra mengabdi pada negeri
Hilangkan ikatan famili
Karena harga diri lebih berarti
Berjaga di medan suci

Gendewa ditarik menebas mahkota Karna Basusena
Rasa malu dibayar dengan nyawa
Ambruk, mendepa bumi

Siapa ksatria?

 

Bale Sigala-gala

Api telah melumat habis bale
Tempat Pandawa menerima hukuman
Akibat kalah bermain judi
Habis segala yang ia miliki

Para dewa dengan sigap mengganti
dengan benda lain
Selamatlah mereka

Judi adalah petaka
awal dari nasib kesengsaraan

Terlunta-lunta di tengah belantara
Dalam waktu yang cukup lama
Tanpa ada keluhan
Tak ada bela sungkawa
Mereka bertahan

 

Shinta Obong
Demi pembuktian kesucian
Shinta menenggelamkan dirinya
Dalam api menyala
Tanpa takut tanpa keraguan

Kejujuran dan kesetiaan telah dibayar lunas
Ia mengarungi nyala api yang luas
Tanpa luka di tengah bara menganga
Tembang para dewa meneduhkan hatinya

Kesetiaan telah dituntaskan
Dengan merelakan dirinya masuk dalam bara api
Keyakinan telah menyelamatkan
Tanpa takut, tanpa keraguan

 

Oleh: Rustono

Pos terkait